IFL Science juga mencatat kejadian penipuan fosil tersebut. Saat dipublikasikan oleh National Geographic, fosil itu tampak seperti gabungan antara burung dan theropoda, atau dinosaurus berkaki dua.
Selain mempublikasikan artikel tulisan Sloan, National Geographic juga menyertakan foto lempengan fosil tersebut. Dalam keterangan foto, sebuah nama dicantumkan untuk pertama kalinya: Archaeoraptor liaoningensis.
Namun, sayang, semuanya palsu. Setelah protes publik oleh anggota komunitas ilmiah, National Geographic melakukan investigasi yang mengungkap bahwa fosil Archaeoraptor pada dasarnya adalah dua fosil terpisah yang direkatkan.
Pada tahun 2001, ahli paleontologi Timothy Rowe menerbitkan hasil penelitian di jurnal Nature yang selanjutnya dikonfirmasi melalui computed tomography (CT) bahwa "sayangnya, bagian dari setidaknya dua spesimen baru yang signifikan itu digabungkan demi nilai komersial yang lebih tinggi dari pemalsuan tersebut."
Sebenarnya, nama Archaeoraptor yang baru saja dijuluki itu tampak sah secara ilmiah, "namun itu merujuk pada sesuatu yang palsu," kata Rowe kepada IFLScience.
"Pemalsuan yang disengaja itu," sebagaimana yang kemudian ditemukan, diselundupkan keluar dari Tiongkok dan masuk ke AS, di mana ia dijual di pasar komersial seharga 80.000 dolar AS pada saat itu.
Demam Fosil di Tiongkok dan Penipuan yang Menyertainya
Liaoning, yang disebut-sebut sebagai asal fosil tersebut, merupakan provinsi miskin dan sangat terindustrialisasi di timur laut Tiongkok. Wilayah ini telah menjadi pusat aktivitas paleontologi sejak awal 1990-an.
Ketika Sinosauropteryx – dinosaurus berbulu pertama yang diketahui – ditemukan di sana pada tahun 1996, hal itu memicu demam emas perburuan fosil yang belum pernah terlihat sebelumnya.
Liaoning pada era Cretaceous kaya akan danau dan rawa, yang – dikombinasikan dengan banyaknya letusan gunung berapi – menjadi lingkungan yang ideal untuk mengawetkan sejumlah besar fosil, sering kali dengan sangat rinci.
Namun, itu bukan satu-satunya alasan Liaoning menghasilkan lebih banyak fosil daripada bagian lain dunia saat ini – Tiongkok juga dapat menginvestasikan tenaga kerja yang sangat besar untuk memulihkan fosil.
Baca Juga: Menulusuri Secara Ilmiah, Mengapa Dinosaurus Dinamai ‘Dinosaurus’?
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR