“Beberapa daerah ini tidak diragukan lagi sangat kaya akan fosil, tetapi … keberhasilannya jelas terkait dengan tenaga kerja yang hampir tak terbatas yang tersedia di Tiongkok,” kata Luis Chiappe, direktur Dinosaur Institute di Natural History Museum of Los Angeles County.
Chiappe menggambarkan pekerjaan yang dilakukan di sana sebagai “sejajar dengan pembangunan Tembok Besar Tiongkok dalam bidang paleontologi”.
Ribuan petani telah menjadi “penggali tulang” yang menemukan fosil dan menjualnya kepada pedagang. Meskipun ilegal, upaya mereka terus-menerus mmembuahkan penemuan spesies-spesies baru.
Fosil berkualitas tinggi dapat dijual seharga puluhan ribu dolar atau setara ratusan juta rupiah. Jadi jika penghasilan bulanan Anda hanya beberapa dolar atau kurang, menemukan satu fosil sama saja dengan memenangkan jackpot.
“Beberapa museum Tiongkok memiliki ekspedisi mereka sendiri dan pergi untuk mengumpulkan … tetapi sebagian besar dari apa yang dikumpulkan di Tiongkok telah sepenuhnya digali oleh para petani,” jelas Chiappe.
Mengetahui lapisan geologi batuan mana yang menyimpan fosil ini – atau stratigrafi – adalah kunci untuk menentukan usia fosil. Spesimen yang digali oleh petani dan dijual kepada pedagang tidak dapat diklasifikasikan dengan cara ini.
Chiappe mengatakan sebuah penelitian yang sedang dilakukannya terhadap fosil burung purba Confuciusornis, salah satu fosil paling melimpah yang ditemukan di Liaoning, merupakan contoh masalah tersebut. Timnya telah mempelajari 180 spesimen dan tidak punya pilihan selain membandingkannya seolah-olah ke-180 spesimen itu hidup pada waktu yang sama.
“Kami memperlakukan mereka sebagai populasi modern, tetapi mereka bukanlah populasi modern”, katanya. “Mereka telah hidup ribuan, ratusan ribu, bahkan terkadang jutaan tahun terpisah.”
Jika para ilmuwan memiliki data tentang usia fosil yang tepat, mereka mungkin dapat melihat apakah spesies tersebut telah berubah seiring waktu, dan dengan data yang lebih baik tentang lokasi geografis, mereka dapat melihat perubahan antarwilayah. “[Tetapi] kami tidak tahu itu, karena kami tidak tahu persis dari mana fosil itu berasal,” kata Chiappe.
Namun, masalah lain yang jauh lebih serius adalah spesimen palsu dan yang dimanipulasi. Contoh yang paling terkenal adalah Archaeoraptor, yang dinamai oleh National Geographic.
Kisah kebohongan itu menarik perhatian publik terhadap skala masalah tersebut, dan juga terhadap kesulitan mengidentifikasi fosil palsu.
Para petani Tiongkok yang menggali fosil sangat menyadari bahwa spesimen yang lengkap dan spektakuler jauh lebih berharga daripada fragmennya. Beberapa bahkan tidak menyadari bahwa mereka memalsukan spesimen dan menggabungkan potongan-potongan fosil yang berbeda yang ditemukan di lokasi yang sama.
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR