Mereka memasukkan data tentang hubungan evolusioner antar kelompok awal dinosaurus, serta hambatan iklim dan geografis yang mungkin menghalangi pergerakan reptil purba tersebut.
Para peneliti juga memperhitungkan celah dalam catatan fosil dengan memperlakukan area tanpa temuan fosil sebagai “informasi yang hilang,” bukan sebagai wilayah yang benar-benar bebas dari fosil dinosaurus.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa dinosaurus pertama kemungkinan besar muncul di wilayah khatulistiwa Gondwana yang panas—termasuk wilayah Amazon, Gurun Sahara, dan Cekungan Kongo saat ini.
Dinosaurus awal ini kemungkinan jauh lebih kecil dibanding keturunan mereka; ukurannya serupa ayam atau anjing, menurut pernyataan resmi studi tersebut.
“Pemodelan kami menunjukkan bahwa dinosaurus pertama mungkin berevolusi di wilayah barat Gondwana yang terletak di lintang rendah,” ujar Heath. “Lingkungannya lebih panas dan kering dari yang diduga sebelumnya, berupa gurun dan padang rumput kering.”
Menurut Heath, alasan mengapa fosil belum ditemukan di kawasan-kawasan ini adalah karena wilayah tersebut kerap diabaikan atau sulit dijangkau.
Penemuan fosil dinosaurus tertua di Amerika Utara baru-baru ini—seekor raptor seukuran ayam berusia 230 juta tahun—juga mendukung temuan ini.
Sebelumnya, para ahli paleontologi mengira dinosaurus hanya muncul di Belahan Bumi Selatan, namun penemuan ini mengubah peta persebaran mereka, menjadikan wilayah khatulistiwa sebagai titik tengah, bukan batas utara.
Dengan bukti bahwa dinosaurus hidup di kedua belahan bumi 230 juta tahun lalu, gagasan bahwa mereka pertama kali berevolusi di dekat khatulistiwa kini semakin masuk akal. “Mereka pasti melewati kawasan tersebut,” kata Heath kepada New Scientist.
Studi ini juga menunjukkan bahwa dinosaurus awal telah beradaptasi dengan suhu tinggi dan iklim kering.
“Dari tiga kelompok utama dinosaurus, satu kelompok—sauropoda, yang mencakup Brontosaurus dan Diplodocus—tampaknya tetap menyukai iklim panas,” jelas Philip Mannion, profesor paleobiologi di UCL dan rekan penulis studi.
Sementara dua kelompok lainnya, yaitu theropoda dan ornithischia, kemungkinan mengembangkan kemampuan menghasilkan panas tubuh sendiri, sehingga bisa bermigrasi ke wilayah kutub, tambah Mannion.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR