Gapura-gapura ini mungkin terbuat dari kayu dan kemungkinan berbentuk kanopi berdiri bebas yang ditopang oleh empat pilar (baldachin). Meskipun dihias dengan mewah, lengkungan kayu itu ditakdirkan untuk dihancurkan pada akhir perayaan.
Monumen di era Kekaisaran Romawi
Dengan munculnya kekaisaran, Augustus mempertahankan imperium maius, atau “kekuatan yang lebih besar”. Ia menjadi pemimpin semua jenderal, yang berarti para jenderal tidak dapat lagi mendirikan lengkungan kemenangan. Pembangunan monumen kemenangan pun menjadi hak istimewa yang hanya diperuntukkan bagi keluarga kekaisaran.
Namun ada beberapa koloni berjarak ratusan kilometer dari ibu kota di Roma. Hal ini menjadi langkah politik yang cerdik untuk mengendalikan ambisi para jenderal yang berjauhan dengan memfokuskan semua referensi tentang kemenangan pada kaisar.
Seiring berjalannya waktu, fungsi gapura kemenangan pun bergeser. Dari yang sebelumnya terkait dengan parade kemenangan para jenderal, selanjutnya malah menjadi monumen peringatan yang hanya memuliakan kaisar. Setelah diubah menjadi sarana propaganda kekaisaran, gapura kemenangan menjamur tidak hanya di Roma tetapi juga di seluruh Kekaisaran Romawi.
Gapura kemenangan era republik merupakan bangunan kayu yang berumur pendek. Sedangkan gapura peringatan kekaisaran terbuat dari batu dan semen Romawi (opus caementicium). Gapura kemenangan kaisar dirancang agar tahan lama.
Gapura itu sendiri menjadi lebih dalam, terkadang memanjang dari 4,5 meter hingga hampir 11 meter dari depan ke belakang. Dua gapura samping yang lebih kecil yang mengapit gapura utama memperkuat struktur. Selain itu, juga menambah luas permukaan yang tersedia untuk relief dan prasasti.
Dekorasi terpusat di bagian atas lengkungan. Dekorasi sering kali menampilkan panel dengan adegan perang. Ada penggambaran senjata yang diambil dari pihak yang kalah serta pemenang yang mengendarai kereta perang.
Arsitektur pelengkung berevolusi seiring berjalannya era Kekaisaran Romawi. Beberapa lengkungan yang tersisa dari masa pemerintahan Augustus memiliki desain yang keras dan tampak agak tidak proporsional.
Kemudian, pengaruh seni Helenistik, Suriah, dan Mesopotamia menghasilkan perpaduan bentuk saat arsitek bereksperimen dengan dekorasi dari berbagai aliran arsitektur. Contohnya Arch of Titus mencapai keseimbangan yang sangat menarik. Dibangun pada tahun 81 M di Via Sacra, pelengkung ini merupakan lengkungan tertua yang masih ada di Roma.
Lengkungan dipersembahkan kepada pemenang
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR