Nationalgeographic.co.id—Dengan meninggalnya Paus Fransiskus pada usia 88 tahun, dunia kini akan beralih ke pertanyaan yang mendesak. Siapa yang akan menjadi Paus berikutnya? Dan bagaimana Paus Gereja Katolik akan dipilih?
Paus Benediktus XVI mengundurkan diri pada 2013. Setelah itu, butuh waktu 2 minggu bagi umat Katolik untuk mengetahui siapa yang akan menjadi Paus.
Kerumunan di Lapangan Santo Petrus di Vatikan bersorak saat asap putih dari surat suara yang terbakar. Asap putih menandakan keberhasilan pemungutan suara di antara para anggota Dewan Kardinal.
Berikut ini adalah kisah di balik salah satu proses Vatikan yang paling misterius dan terhormat.
Bagi umat Katolik, momen ketika asap putih mengepul di Vatikan menandakan kepausan baru. Termasuk ketika kata-kata “Habemus Papam” (“Kami memiliki seorang Paus”) diumumkan. Era kepausan baru juga bisa menandakan sebuah era baru dalam Gereja Katolik.
Namun, menjelang pengumuman ini, ada serangkaian peristiwa yang dimulai dengan kematian Paus yang berkuasa.
Setelah kematian Paus, para kardinal yang memenuhi syarat dari seluruh dunia berkumpul di Vatikan untuk konklaf kepausan (pemilihan paus). Pastor John Wauck mengatakan bahwa tidak ada jangka waktu yang ditetapkan antara kematian Paus dan dimulainya konklaf. Namun rata-rata tampaknya sekitar 2 hingga 3 minggu.
“Biasanya,” Pastor Wauck menjelaskan, “konklaf didahului oleh Misa di Basilika Santo Petrus untuk memohon bimbingan Roh Kudus dalam pemilihan paus berikutnya. Para kardinal memasuki Kapel Sistina. Konklaf dimulai dengan Pemimpin Upacara yang mengusir semua orang yang tidak berpartisipasi dalam pemungutan suara dari kapel (Extra omnes). Pintu-pintu Kapel Sistina kemudian dikunci (cum clave).”
Setelah konklaf dimulai, ada serangkaian pemungutan suara di mana para kardinal memberikan suara untuk Paus baru. Mayoritas dua pertiga diperlukan untuk memilih penggantinya. Oleh karena itu, sering kali ada sejumlah pemungutan suara hingga hasil ini tercapai.
Butuh waktu berhari-hari sebelum Paus baru terpilih, di mana publik hanya tahu sedikit tentang apa yang sedang terjadi. Hal ini dimaksudkan sebagai kesempatan bagi para kardinal untuk berkumpul tanpa pengaruh atau gangguan lain.
Baca Juga: Vatican Merilis Surat Wasiat Mendiang Paus Fransiskus, Apa Isinya?
Pastor Wauck berkomentar, “Bayangkan para kardinal yang sendirian dengan Tuhan, tanpa gangguan. Mereka duduk di sekitar lukisan dinding Penghakiman Terakhir karya Michelangelo. Menurut saya merupakan, lukisan itu menjadi latar yang sangat tepat untuk keputusan yang penting tersebut.”
Para kardinal pemilih bersumpah untuk menjaga integritas konklaf. Kerahasiaan merupakan hal yang paling penting dan hanya beberapa peserta yang diizinkan untuk melakukan kontak dengan para kardinal yang memberikan suara.
Persiapan surat suara (disebut "pra-pemeriksaan") meliputi distribusi, penyelesaian, dan penunjukan pengumpul dan penghitung surat suara. Pemberian suara (pemeriksaan), dilakukan secara rahasia.
Selama pasca-pemeriksaan, suara dihitung, ditegaskan kembali, dan kemudian dibakar.
Pemungutan suara awal dilakukan pada hari pertama. Jika tidak ada yang terpilih, maksimal empat suara untuk setiap hari konklaf berikutnya diadakan. Dengan setiap kelompok surat suara yang tidak berhasil dibakar sesudahnya.
Jika 3 hari pemungutan suara tidak menghasilkan paus baru, anggota konklaf mengambil waktu sehari penuh untuk berdoa dan merenung. Jika siklus 4 hari itu berulang tujuh kali lagi, putaran kedua antara dua kandidat yang menerima dukungan terbanyak diadakan.
Apakah Paus Gereja Katolik selalu dipilih dengan cara ini?
Kristus mendirikan kepausan dan menunjuk paus pertama, Santo Petrus. Dalam Injil Matius, Kristus memilih Petrus dengan berkata,
“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya. Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga” (Matius 16:18-19).
Sumber-sumber berbeda-beda tentang proses pemilihan Paus oleh Gereja Perdana. Ada yang menulis bahwa ia dipilih oleh semacam senat, yang terdiri dari para imam dan diaken. Sementara yang lain berpendapat bahwa umat beriman dan pastor Roma terlibat dalam proses tersebut.
Kemudian, kaisar-kaisar Romawi sering kali berpengaruh dalam pengambilan keputusan, dilansir dari Catholic Encyclopedia. Akan tetapi, jelas bahwa tidak ada satu pun bentuk pemilihan paus yang konsisten sepanjang sejarah Gereja Katolik.
Baca Juga: Dimasukkan ke Peti Jenazah, Apa yang Tertulis dalam Rogito atau Akta Paus Fransiskus?
Dr. Edward Peters menjelaskan pembenaran atas sistem pemilihan paus yang berubah sepanjang sejarah Gereja. Peters adalah ahli kanon dan Referendary of the Apostolic Signatura. Yesus menyerahkan kepada Gereja-Nya untuk memutuskan cara memilih penerus vikaris-Nya di bumi, Santo Petrus.
Proses pemilihan paus telah berkembang selama berabad-abad sebagai respons terhadap berbagai faktor. Namun, bentuk dasar konklaf kepausan saat ini, pemilihan oleh para kardinal dari seluruh dunia, telah berlangsung selama 500 tahun. Dan bentuk tersebut tampaknya berfungsi dengan cukup baik.
Para pemilih harus berusia kurang dari 80 tahun
Bapa Suci berikutnya akan dipilih oleh 120 kardinal. Namun tidak semua kardinal memenuhi syarat untuk menjadi bagian dari konklaf.
Faktor penentu apakah kardinal memenuhi syarat untuk memberikan suara adalah apakah ia telah mencapai usia 80 tahun atau belum. Standar kelayakan ini ditetapkan oleh Paus Paulus VI. Dan ada beberapa alasan untuk itu.
Konklaf kepausan mengharuskan kehadiran fisik selama jangka waktu yang lama. Karena itu, konklaf menjadi beban logistik bagi para kardinal. Banyak di antaranya harus melakukan perjalanan dari tempat-tempat terpencil di dunia. Dan bagi Vatikan sendiri yang tiba-tiba memiliki tamu penting dan sangat tidak biasa untuk diurus. Aturan Paus Paulus, pada dasarnya, membebaskan para lansia dari beban kehadiran.
“Saya pikir Paus juga memikirkan gagasan bahwa elektor yang lebih muda akan lebih terpengaruh secara langsung oleh pemilihan paus. Daripada para lansia. Dan karenanya harus memiliki suara yang besar dalam memilih paus,” tambah Peters.
Meskipun beberapa pihak menentang aturan ini, Peters tidak memperkirakan aturan ini akan berubah dalam waktu dekat.
Apa yang membedakan konklaf dengan, misalnya, pemilihan umum pemerintah?
Konklaf kepausan sangat berbeda dengan pemilihan umum modern yang biasa kita lihat di negara-negara republik demokratis. Pastor Wauck menunjukkan bahwa meskipun ini benar-benar pemilihan umum, ini sama sekali bukan pemilihan umum yang 'populer'.
Jumlah kardinal yang memiliki hak pilih hanya sekitar 120 orang. Mereka memilih kepala Gereja Katolik yang beranggotakan satu miliar orang.
Baca Juga: Katakombe Misterius Jadi Cikal Bakal Makam Para Paus Gereja Katolik
Perbedaan utama lainnya adalah bahwa berkampanye untuk jabatan tersebut dilarang. Undang-undang konklaf kepausan ini melarang politik. Dr. Peters menjelaskan, berarti bahwa faktor-faktor sosial yang biasa memengaruhi pemilihan umum, terutama media, tidak dapat memengaruhi hasil pemilihan umum kepausan.
Perbedaan lain adalah bahwa hanya sebagian kecil dari orang-orang yang diperintah oleh Paus yang memiliki suara dalam pemilihannya. Saya pikir ada sejumlah keuntungan dari sistem pemilihan gerejawi seperti itu.
“Mungkin yang paling menonjol, bahwa yang terpilih menjadi Paus tidak berutang jabatannya kepada berbagai kelompok penekan,” Peters menambahkan.
Asap putih dan asap hitam
Pembakaran surat suara, atau fumata, merupakan petunjuk bagi masyarakat tentang apa yang terjadi di dalam Kapel Sistina selama konklaf. Agar asap dapat terlihat, tunggu sementara dan cerobong asap dipasang di Kapel Sistina sebelum konklaf dimulai. Tidak sepenuhnya jelas kapan praktik pembakaran surat suara dimulai.
“Namun asap putih sebagai tanda paus baru baru muncul pada akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20,” tulis Melissa Sartore di laman National Geographic. Surat suara yang tidak berhasil, jika dibakar, akan mengeluarkan asap hitam.
Hingga tahun 2005, Vatikan menambahkan bahan-bahan alami seperti jerami basah (untuk putih) dan ter (untuk hitam) ke dalam surat suara. Baru pada tahun 2013 Vatikan mengungkapkan bahan kimia yang mereka gunakan pada tahun 2005 untuk tujuan tersebut. Campuran itu berupa campuran kalium klorat, laktosa, dan resin konifer untuk putih. Dan kalium perklorat, antrasena, dan sulfur untuk hitam.
Empat gumpalan asap hitam terlihat pada tahun 2013 sebelum asap putih akhirnya muncul. Beberapa jam sebelum asap putih itu mengepul dari Vatikan, seekor burung camar putih bertengger di atas cerobong asap. Para pengamat menganggap ini sebagai tanda harapan bahwa penantian akan paus baru hampir berakhir. Mereka benar. Kardinal Jorge Mario Bergoglio (Paus Fransiskus) telah dipilih untuk jabatan itu oleh rekan-rekannya.
Konklaf selanjutkan akan diadakan pada 7 Mei 2025. Umat Katolik di seluruh dunia menantikan kehadiran Paus Gereja Katolik yang baru.
--
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat! Dapatkan berita dan artikel pilihan tentang sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui WhatsApp Channel di https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News di https://shorturl.at/xtDSd. Jadilah bagian dari komunitas yang selalu haus akan ilmu dan informasi!
Source | : | National Geographic,Aleteia |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR