Perjuangan untuk India yang merdeka
Pada awal abad ke-20, pengacara dan politikus Mohandas “Mahatma” Gandhi terpilih menjadi anggota Indian National Congress. Ia mulai memperjuangkan kemerdekaan dari Inggris melalui pembangkangan sipil tanpa kekerasan. Namun, boikot, demonstrasi, dan pawai ditanggapi dengan kebrutalan dan tindakan keras hukum.
Pejabat Inggris berusaha menenangkan kaum nasionalis. Mereka memberikan hak pilih kepada lebih banyak orang dan meningkatkan perwakilannya dalam pemerintahan daerah. Reformasi ini hanya menguntungkan sekelompok kecil orang India. Pada tahun 1935, hanya 12 persen warga negara yang dapat memberikan suara.
Kemudian, Inggris memasuki Perang Dunia Kedua—dan membawa serta India. Terpaksa membela kepentingan penjajah mereka dengan darah mereka sendiri, banyak orang India menentang perang tersebut.
Untuk mendapatkan dukungan, pemerintah Inggris menawarkan status India sebagai wilayah jajahan milik Inggris. India dapat memerintah dirinya sendiri, tapi dengan pengawasan Inggris. Namun, Indian National Congress menolak rencana tersebut.
Pada tahun 1942, Gandhi meluncurkan “Quit India”. Quit India adalah sebuah kampanye pembangkangan sipil yang meluas yang menuntut kemerdekaan segera. Inggris menanggapi dengan menangkap Gandhi dan para pemimpin lainnya serta melarang Indian National Congress.
Tindakan tersebut menjadi bumerang: tindakan keras tersebut menggembleng banyak orang yang sebelumnya tidak mendukung kemerdekaan. Kerusuhan meluas dan penahanan massal pun terjadi. “Quit India” telah ditekan.
Di saat yng sama, bencana kelaparan di Benggala menewaskan jutaan orang pada tahun 1943. Semua itu meyakinkan para pemimpin Inggris bahwa masa depan India sebagai koloni yang patuh akan hancur.
Visi yang bertentangan untuk India yang merdeka
Kemerdekaan mulai tampak dalam genggaman India, perpecahan antara Indian National Congress dan Muslim League semakin dalam.
Baca Juga: Perang India Pakistan: Prediksi, Skenario, dan Dampak Perang Nuklir yang Mungkin Terjadi
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Sysilia Tanhati |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR