Diperkirakan sekitar 800.000 ton bahan peledak ditinggalkan di seluruh Vietnam setelah perang, yang sebagian besar terkonsentrasi di wilayah tengah dan tenggara serta Dataran Tinggi Tengah.
Diperlukan banyak waktu dan sumber daya untuk pembuangan UXO guna melindungi kehidupan manusia dan kualitas lingkungan.
Korban UXO
UXO ditemukan di banyak tempat di Vietnam. Masyarakat setempat menemukannya saat mereka menggali fondasi hotel baru, di tengah taman, bahkan di kebun keluarga.
Contohnya saja Ho Van Lai dan sepupunya menemukan beberapa benda aneh berkarat di bukit pasir. Ukurannya tidak lebih besar dari bola tenis.
Saat itu, dia baru berusia 10 tahun. Ia sedang bermain dan menemukan benda aneh itu. Karena tidak memahami risikonya, ia mengambil batu dan memukul amunisi tersebut. Amunisi tersebut pun meledak.
Ledakan itu menewaskan kedua sepupunya. Sementara Lai kehilangan tangan kanan, sebagian tangan kirinya, kedua kaki, dan salah satu matanya.
Lai tinggal di dekat bekas pangkalan militer AS di Vietnam tengah, tidak jauh dari "zona demiliterisasi" yang pernah memisahkan wilayah Utara yang komunis dan wilayah Selatan yang kapitalis.
Bahan peledak itu merupakan sisa-sisa pertikaian selama dua dekade antara kedua kekuatan ini dan sekutu ideologis mereka, termasuk China dan Uni Soviet di utara serta Amerika Serikat dan Australia di selatan.
Perang itu melibatkan salah satu kampanye pengeboman udara terbesar dalam sejarah, di mana AS menjatuhkan bahan peledak dua kali lipat jumlah tonasenya di Vietnam daripada yang dijatuhkan oleh seluruh sekutu selama Perang Dunia II.
Dan meskipun bom-bom ini menewaskan banyak sekali tentara dan warga sipil, beberapa di antaranya tidak pernah meledak. Mereka ditelan oleh hutan, terkubur di bawah tanah atau ditutupi oleh rekonstruksi.
Baca Juga: Perang India Pakistan: Prediksi, Skenario, dan Dampak Perang Nuklir yang Mungkin Terjadi
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR