Carlos Duarte, penulis utama studi dan Kepala Ilmuwan Oceans 2050, melihat budidaya rumput laut bukan hanya sebagai penyimpan karbon, tetapi juga sebagai solusi yang komprehensif.
Ia menyampaikan, "Budidaya rumput laut menawarkan solusi penghilangan karbon berbasis alam yang dapat ditingkatkan skalanya, sembari memberikan manfaat tambahan seperti peningkatan keanekaragaman hayati, peluang ekonomi, dan ketahanan pangan."
Permintaan global terhadap rumput laut memang terus meningkat. Selain sebagai bahan pangan yang populer, rumput laut banyak digunakan dalam industri farmasi, kosmetik, dan pupuk.
Saat ini, sekitar 35 negara di seluruh dunia melakukan panen rumput laut secara komersial, beroperasi di berbagai jenis perairan mulai dari yang dingin, sedang, hingga tropis.
Di tengah urgensi untuk menemukan solusi efektif mengatasi dampak emisi gas rumah kaca yang berlebihan, temuan ini menawarkan secercah harapan. Ke depannya, studi tambahan diperlukan untuk memetakan secara lebih rinci dan global laju akumulasi karbon di berbagai perkebunan rumput laut di seluruh dunia.
Mendukung upaya ini, IAEA secara aktif berupaya mentransfer pengetahuan dan membangun kapasitas di berbagai negara, berkontribusi pada pemahaman yang lebih mendalam mengenai inventaris karbon biru global.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
KOMENTAR