Pendekatan Ilmiah dan Peran Teknik Nuklir
Menentukan secara akurat seberapa cepat karbon organik terakumulasi dalam sedimen laut merupakan tantangan ilmiah yang kompleks. Namun, penelitian ini berhasil mengatasinya dengan memanfaatkan teknik nuklir yang canggih.
Prosesnya dimulai dengan pengambilan sampel sedimen menggunakan sediment corer, sebuah tabung silinder panjang yang dimasukkan secara vertikal ke dasar laut untuk mengambil sampel yang berlapis-lapis, seperti "inti" bumi yang menyimpan sejarah sedimen.
Setelah sampel dikumpulkan dan dipersiapkan, para ilmuwan menggunakan isotop timbal-210, sebuah radionuklida alami, untuk menentukan laju akumulasi sedimen selama beberapa dekade terakhir.
"Timbal-210 memiliki waktu paruh sekitar 22 tahun," jelas Masque. "Ini memungkinkannya untuk dimanfaatkan dalam menilai laju akumulasi pada skala waktu dekade hingga satu abad. Teknik ini krusial bagi kami untuk menguantifikasi secara tepat tingkat penyerapan karbon organik yang tersimpan dalam ekosistem ini."
Beat Gasser, ilmuwan IAEA yang bekerja sama erat dalam proyek ini, menyoroti pentingnya alat nuklir dalam penelitian lingkungan. "Penelitian semacam ini sangat menarik karena membuka lebih banyak peluang bagi para ilmuwan untuk melakukan pekerjaan yang sangat penting ini," katanya.
"Alat-alat nuklir yang kami gunakan memberikan kemampuan untuk menjadi sangat presisi saat menghitung tingkat akumulasi karbon, yang merupakan kunci penting saat mempelajari area-area yang lebih baru."
Karbon Biru: Harapan yang Terus Berkembang
Peran ekosistem laut dalam mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, khususnya melalui karbon biru, adalah bidang penelitian yang terus berkembang dan mendapatkan perhatian.
Seiring dengan semakin banyaknya data empiris yang terkumpul, informasi ini menjadi sangat berharga bagi para pengambil kebijakan dan sektor swasta. Data ini dapat menjadi dasar untuk mengembangkan kebijakan lingkungan yang lebih berkelanjutan dan mendorong inovasi teknologi iklim.
Baca Juga: Karbon Biru: Rahasia Besar yang Mungkin Sebaiknya Tidak Kita Ungkap?
KOMENTAR