Ketika Lockley dan rekan-rekannya mengunjungi situs tersebut, mereka dapat memeriksa banyak jejak kaki yang membentuk 17 jalur atau jalur yang berbeda. "Struktur kaki sangat, sangat terawat dengan baik," kata Lockley. "Anda dapat melihat setiap detail bantalan pada kaki dengan jelas."
Pada satu jejak, area tumit menunjukkan jejak sisik yang jelas menyerupai sisik yang biasanya terlihat pada buaya modern.
Bentuk dan struktur jejak baru, yang berasal dari awal Zaman Kapur, sangat mirip dengan jejak yang ditinggalkan oleh buaya seukuran kucing. Namun, ukuran mereka yang lebih besar menunjukkan bahwa buaya tersebut memiliki panjang hingga 10 kaki.
Ada perbedaan penting lainnya: Tidak seperti kerabatnya yang lebih kuno dan buaya modern, buaya ini tidak berlari dengan keempat kakinya. Jejak sempit yang ditinggalkannya menunjukkan bahwa hewan tersebut bergerak dalam garis lurus, mirip dengan manusia, bukannya berjalan terhuyung-huyung dengan keempat kakinya yang terbuka lebar.
Menurut Lockley, binatang binatang ini mungkin berpatroli di tepi danau untuk mencari ikan mati atau hewan yang bisa mereka buru. Namun, mereka tidak seperti buaya modern, mereka tidak beradaptasi untuk hidup di air.
Temuan baru ini juga menunjukkan bahwa jejak besar yang kurang terawat yang sebelumnya membingungkan timnya, dibuat oleh crocodylomorph bipedal dan bukan pterosaurus raksasa.
Para peneliti memberikan bukti kuat bahwa jejak baru itu dibuat oleh kerabat buaya purba, kata Anthony Fiorillo, seorang paleontolog di Southern Methodist University di Dallas yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut. "Jejaknya indah, tidak perlu diragukan lagi," katanya.
Ada kemungkinan bahwa buaya yang baru dideskripsikan tersebut meninggalkan jejak mereka saat berenang alih-alih berjalan dengan dua kaki, kata Fiorillo.
Fiorillo juga menerbitkan penelitian yang menjelaskan serangkaian jejak di Mongolia yang dibuat oleh buaya yang kemungkinan menggunakan kakinya untuk "mendayung" di sepanjang dasar perairan dangkal. Buaya modern juga telah diamati menggunakan kaki belakangnya untuk mendayung di dalam air.
Namun, Lockley dan timnya berpendapat, jejak-jejak ini biasanya kurang rapi dan lengkap dibandingkan dengan yang mereka periksa.
Kadal purba berjalan dengan dua kaki
Baca Juga: Rahasia di Balik Nenek Moyang Buaya Selamat dari Dua Kali Kepunahan Massal
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR