Selain nenek moyang buaya, 110 juta tahun yang lalu, pada akhir Zaman Kapur, nenek moyang kadal pun berjalan dengan dua kaki.
Yuong-Nam Lee dan Junchang Lü, yang juga penulis studi, pertama kali menggali lempengan batu yang ditumbuhi jejak kaki dari sebuah tambang di Korea Selatan saat mencari fosil dinosaurus yang lebih besar. Tim tersebut tidak terlalu memikirkan jejak kaki kecil itu, semuanya berukuran kurang dari satu inci panjangnya. Setelah penggalian, mereka baru membicarakannya.
Mereka menyadari bahwa 25 dari 29 jejak kaki dibuat oleh kaki belakang kadal, bukan kaki depannya. Bukti itu, bersama dengan panjang langkah dan sudut yang berbeda yang dibuat oleh jari-jari kaki kadal, memberi tahu mereka bahwa beberapa kadal purba dapat berdiri dan berlari dengan dua kaki, seperti yang dicatat dalam penelitian mereka yang diterbitkan di Scientific Reports pada Februari 2018.
Mereka juga dapat memperkirakan bahwa kadal itu hanya akan berdiri sekitar dua setengah inci tingginya.
Para peneliti berspekulasi bahwa kadal prasejarah mini ini mungkin berdiri dan berlari untuk menghindari predator.
Mereka menemukan jejak kaki pterosaurus di dekat tambang, dan penelitian terbaru menunjukkan bahwa hewan bersayap itu tidak makan ikan secara selektif, mereka mungkin sesekali menikmati telur dinosaurus atau camilan kadal.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR