Karena bagian-bagian tubuh dari dua individu Citipes tersebut menunjukkan tahap pencernaan yang berbeda, tim peneliti menyimpulkan bahwa ini adalah dua santapan berbeda yang dimakan dalam selang waktu beberapa jam atau bahkan beberapa hari.
Spesimen ini juga menunjukkan bukti langsung bahwa Gorgosaurus muda memiliki pola makan yang berbeda dengan Gorgosaurus dewasa.
Gorgosaurus dewasa diketahui telah memburu dinosaurus megaherbivora termasuk ceratopsia (dinosaurus bertanduk) dan hadrosaurus (dinosaurus berparuh bebek), berdasarkan bekas gigi yang tertinggal di tulang.
Mereka menggunakan tengkorak dan gigi mereka yang besar untuk menangkap mangsa berukuran besar, menghancurkan tulang, lalu mengikis dan mencabik dagingnya.
Dinosaurus muda belum mampu untuk memburu mangsa yang besar. Mereka memiliki tengkorak yang lebih sempit, gigi seperti bilah pisau, dan tungkai belakang yang panjang dan ramping.
Hal ini membuat mereka lebih cocok untuk menangkap dan memotong mangsa kecil dan muda seperti Citipes yang ditemukan pada spesimen ini. Tim juga percaya bahwa mangsa seperti ini merupakan makanan ringan yang disukai dinosaurus muda ini.
"Ini adalah contoh bagus yang menunjukkan tyrannosaurus kecil memangsa dinosaurus kecil, yang jauh lebih kecil dari mereka sendiri," kata ahli paleontologi Maryland University, Thomas Holtz.
"Sedangkan pada versi dewasa, kami memiliki bukti bekas gigitan mereka pada dinosaurus besar yang ukurannya hampir sama dengan dinosaurus dewasa," tambahnya.
Perubahan pola makan ke arah memakan mangsa yang lebih besar kemungkinan dimulai sekitar usia 11 tahun. Ini adalah saat tengkorak dan gigi tyrannosaurus mulai menjadi lebih kuat.
Perbedaan dalam pola makan memberikan keuntungan kompetitif dengan mengurangi persaingan untuk sumber daya dalam ekosistem modern. Strategi yang sama ini dapat diterapkan ketika tyrannosaurus seperti Gorgosaurus hidup. Ini akan memungkinkan remaja dan dewasa untuk hidup berdampingan dalam ekosistem yang sama dengan lebih sedikit konflik.
Menempati ceruk ekologi yang berbeda sepanjang hidupnya kemungkinan menjadi salah satu kunci keberhasilan evolusioner tyrannosaurus sebagai pemangsa di Bumi.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
Source | : | Popular Science |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR