Nationalgeographic.co.id—Di antara beragam dinosaurus raksasa yang pernah menjelajahi Bumi jutaan tahun lalu, Stegosaurus selalu menonjol dengan ciri khasnya: lempengan tulang besar yang menjulang di punggung dan ekor berduri yang siap diayunkan.
Namun, di balik penampilannya yang gagah, dinosaurus herbivora dari Periode Jura Akhir ini menyimpan sebuah "rahasia" yang membuatnya sering menjadi bahan perdebatan dan spekulasi di kalangan paleontolog maupun masyarakat umum.
Dengan otak yang hanya seukuran kacang kenari di tubuh yang masif, Stegosaurus kerap dilabeli sebagai "dinosaurus terbodoh"—sebuah julukan yang memicu rasa ingin tahu tentang kecerdasannya yang sebenarnya
Lebih jauh lagi, desas-desus tentang adanya "otak kedua" di area pinggulnya, yang kemudian menjadi mitos populer, semakin menambah misteri seputar anatomi dan kemampuan kognitif hewan prasejarah ini.
Benarkah Stegosaurus seprimitif itu, ataukah ada penjelasan ilmiah yang lebih kompleks di balik reputasinya yang unik? Apakah klaim "otak di bokong" itu benar-benar terbukti, atau sekadar kesalahpahaman yang berakar pada interpretasi awal temuan fosil?
Fungsi Pelat dan Duri Ekor: Bukan Sekadar Hiasan
Stegosaurus, dinosaurus berpelat yang begitu ikonik dengan deretan lempengan tulang segitiga besar di sepanjang punggungnya dan ekor berduri, menjelajahi bumi selama Periode Jura Akhir, sekitar 159 hingga 144 juta tahun yang lalu.
Umumnya, hewan herbivora ini memiliki panjang sekitar 6,5 meter, namun beberapa individu tercatat mencapai 9 meter, seukuran bus modern! Meskipun ukurannya masif, Stegosaurus memiliki tengkorak dan otak yang sangat kecil, bahkan jika dibandingkan dengan proporsi tubuhnya yang besar.
Ciri khas lainnya, seperti dilansir Britannica, adalah kaki depannya yang jauh lebih pendek dari kaki belakang, memberikan punggungnya lekukan yang khas, ditopang oleh kakinya yang pendek dan lebar.
Tiga spesies Stegosaurus telah diidentifikasi: S. sulcatus, S. ungulatus, dan S. stenops. Ketiganya ditemukan di Formasi Morrison, Utah, Amerika Serikat, sebuah situs yang kaya akan fosil dinosaurus dari periode tersebut.
Selama bertahun-tahun, fungsi sebenarnya dari pelat-pelat unik Stegosaurus menjadi subjek perdebatan di kalangan paleontolog. Awalnya, para ilmuwan berasumsi bahwa Stegosaurus memiliki dua baris pelat yang sejajar, entah itu berselang-seling atau berpasangan, dengan tujuan melindungi tulang punggung dan sumsum tulang belakangnya.
Baca Juga: Bukan untuk Melawan Predator, untuk Apa Ekor Gada Milik Dinosaurus Ankylosaurus?
Namun, penemuan-penemuan baru dan pemeriksaan ulang spesimen sejak tahun 1970-an mengubah pandangan ini. Kini, bukti menunjukkan bahwa pelat-pelat tersebut tersusun secara berselang-seling di sepanjang tulang punggung.
Menariknya, tidak ada dua pelat dari satu individu Stegosaurus yang memiliki bentuk atau ukuran yang persis sama, mendukung hipotesis ini.
Melihat fakta bahwa pelat-pelat ini kaya akan pembuluh darah, penempatan yang berselang-seling ini sangat konsisten dengan hipotesis termoregulasi.
Gagasan ini mengemukakan bahwa pelat-pelat tersebut berfungsi ganda: sebagai "radiator" untuk melepaskan panas tubuh ke lingkungan sekitar yang lebih dingin, atau sebaliknya, sebagai "panel surya hidup" yang dapat mengumpulkan panas dengan menghadap ke matahari.
Mekanisme ini akan sangat vital bagi hewan seukuran Stegosaurus untuk menjaga suhu tubuhnya tetap stabil.
Selain pelat, Stegosaurus juga dilengkapi dengan senjata pertahanan yang mencolok: dua pasang duri tulang runcing di ujung ekornya. Duri-duri ini, yang dikenal sebagai "thagomizer" (istilah yang populer dari kartun Far Side), diperkirakan berfungsi sebagai alat pertahanan diri yang ampuh, meskipun ada juga kemungkinan bahwa mereka memiliki fungsi ornamental untuk menarik pasangan.
Mitos Otak Ganda dan Reputasi "Dungu" yang Kini Dibantah
Salah satu fakta paling mencengangkan tentang Stegosaurus adalah ukuran otaknya yang sangat kecil—hanya seukuran kacang kenari—padahal berat tubuhnya bisa mencapai hampir 14.000 pon.
Perbandingan rasio otak terhadap tubuh yang tidak proporsional ini secara historis membuat Stegosaurus dicap sebagai dinosaurus "terdungu" di masanya.
Anggapan ini diperkuat oleh adanya pembesaran sumsum tulang belakang di area sakrumnya, yang ukurannya bahkan lebih besar dari otaknya sendiri. Fakta ini melahirkan kesalahpahaman populer bahwa Stegosaurus memiliki "dua otak."
Namun, seperti dilansir National Geographic, kini para ilmuwan secara tegas membantah gagasan bahwa Stegosaurus adalah hewan yang sangat "dungu."
Mereka menjelaskan bahwa pembesaran rongga sakral tersebut kemungkinan besar tidak berisi otak kedua, melainkan sebagian besar digunakan untuk menyimpan glikogen, cadangan energi penting, mirip dengan yang terjadi pada banyak hewan modern saat ini.
Beberapa teori modern berpendapat bahwa kumpulan saraf di area pinggul tersebut mungkin membantu Stegosaurus dalam pertahanan, memungkinkan kendali otonom atas ekornya saat bertarung sementara otak utamanya fokus mengendalikan tubuh.
Ilmuwan lain percaya bahwa struktur ini sebenarnya adalah tempat penyimpanan nutrisi atau energi, menyediakan cadangan alami bagi Stegosaurus jika makanan langka di habitatnya yang kini kita kenal sebagai Colorado, Utah, dan Wyoming.
Singkatnya, meskipun otaknya mungil, Stegosaurus adalah makhluk yang jauh lebih kompleks dan cerdik daripada yang dibayangkan sebelumnya.
---
Pengetahuan tak terbatas kini lebih dekat. Simak ragam ulasan jurnalistik seputar sejarah, budaya, sains, alam, dan lingkungan dari National Geographic Indonesia melalui pranala WhatsApp Channel https://shorturl.at/IbZ5i dan Google News https://shorturl.at/xtDSd. Ketika arus informasi begitu cepat, jadilah bagian dari komunitas yang haus akan pengetahuan mendalam dan akurat.
KOMENTAR