Tim arkeologi dan filologi dari University of Tübingen dan University of Heidelberg, Jerman, berhasil mengidentifikasi lokasi kota kerajaan kuno Mardama. Keberhasilan para peneliti ini berkat petunjuk yang tertulis dalam aksara paku pada 92 lempeng tanah liat berusia 3.250 tahun.
Lempeng-lempeng tanah liat tersebut ditemukan di situs permukiman Zaman Perunggu pada 2017 oleh Profesor Peter Pfalzner dan rekan-rekannya dari University of Tübingen.
Situs itu kini menjadi desa Kurdish kecil bernama Bassetki di Wilayah Otonom Kurdistan.Lempeng tanah liat yang berasal dari tahun 1250 SM (Kekaisaran Asyur Tengah), kini masih terus berusaha dibaca oleh filolog University of Heidelberg, Betina Faist.
Baca juga:600 koin Perak dan Harta Karun Dari Zaman Viking Ditemukan di Jerman
Sejauh ini, Dr. Faist telah berhasil mengidentifikasi situs tersebut sebagai kota kuno Mardama.
“Kota Mesopotamia utara yang penting ini dikutip dalam sumber-sumber kuno, tetapi kami tidak tahu di mana letaknya,” ujar para peneliti.
Kota ini ada antara tahun 2200 dan 1200 SM sebagai ibukota kerajaan atau provinsi, dan ditaklukan serta dihancurkan beberapa kali.
Berdasarkan teks dalam yang ditulis dalam aksara paku, pada masa itu, kota tersebut merupakan pusat pemerintahan Gubernur Asyur Tengah. Hal ini mengungkap provinsi baru dari Kekaisaran Asyur yang sebelumnya tak diketahui. Wilayah provinsi mencakup sebagian besar Mesopotamia Utara dan Suriah pada abad ke-13 SM.
Bahkan, nama Gubernur Asyur, Assur-nasir, dan tugas-tugas serta aktivitas-aktivitasnya, dideskripsikan pada lempengan-lempengan tanah liat.
“Tiba-tiba semuanya jelas, bahwa dari upaya penggalian ini, kami berhasil menemukan istana gubernur Asyur, “ ujar Professor Pfalzner.
Pada waktu yang bersamaan, terjemahan mengungkap lokasi kota bernama Mardaman dalam sumber Babilonia Kuno dari sekitar tahun 1800 SM, yang kemungkinan besar merupakan Mardama Asyur.
“Menurut sumber tersebut, kota itu merupakan pusat kerajaan yang pernah ditaklukan oleh salah satu pemimpin paling berkuasa saat itu, Shamshi-Adad I, pada 1786 SM dan terintegrasi ke dalam Kekaisaran Mesopotamia Atas miliknya.
Namun beberapa tahun kemudian, kota tersebut menjadi kerajaan tersendiri di bawah Penguasa Huriah yang disebut Tish-ulme.
Kota tersebut sempat mengalami kemakmuran selama satu periode, tetapi tak lama kemudian, kota itu dihancurkan oleh bangsa Turukkum, yaitu orang-orang yang berasal dari Pegunungan Zagros di utara.
Namun, teks kuno pada lempeng tanah liat menyebut bahwa itu bukan benar-benar akhir kota tersebut.
Baca juga: Fosil Berusia 90.000 Tahun Ini Buktikan Adanya Migrasi Sejak Jaman Purba
Kota Mardama tetap ada dan mencapai puncak kejayaannya di bawah kepemimpinan Gubernur Asyur Tengah antara tahun 1250-1200 SM.
Sejarah Mardama dapat dilacak lebih jauh, hingga ke awal periode peradaban Mesopotamia.
Sumber-sumber dari Dinasti Ur Ketiga, sekitar tahun 2100-2000 SM,menggambarkan Mardama sebagai kota penting di pinggiran utara Kekaisaran Mesopotamia.
Sumber tertua yang menyebut tentang kota ini berasal dari Kekaisaran Akkadia, yang dianggap sebagai kerajaan pertama dalam sejarah. Sumber ini menyebutkan bahwa kota tersebut dihancurkan pertama kali sekitar tahun 2250 SM oleh Naram-Sin, penguasa Akkadia terkuat.
“Lempengan tanah liat Bassetki memberikan kontribusi baru yang penting bagi geografi Mesopotamia,” ujar Dr. Faist.
“Temuan ini bisa menyediakan petunjuk tentang lokasi-lokasi berbagai kota awal di Mesopotamia,” pungkas Professor Pfalzner.
Penulis | : | Lutfi Fauziah |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR