Kekeringan menjadi lebih sering, lebih parah, dan mempengaruhi orang-orang di seluruh dunia. Saat ini, empat belas dari 20 kota besar di dunia mengalami kelangkaan air.
Sebuah studi pada jurnal Science Advances 2016 menyatakan, sebanyak empat milyar orang di wilayah tersebut mengalami krisis air setidaknya satu bulan dalam setahun. Hampir setengah dari jumlah penduduk itu tinggal di India dan Tiongkok. Dengan populasi yang semakin padat, krisis air juga meningkat.
Data bencana dari PBB dengan jelas menunjukkan bahwa banjir semakin parah. Itu terjadi lebih sering, terutama pada wilayah pesisir dan pinggir sungai.
Dari semua bencana yang terjadi antara 1995 hinga 2015, 90 persennya berkaitan dengan iklim, seperti banjir, badai, gelombang panas, dan kekeringan. Banjir adalah yang paling sering — berdampak pada 2,3 milyar penduduk dan menewaskan 157 ribu orang dalam periode 20 tahun.
Kemanusiaan juga menghadapi tantangan dengan adanya ketimpangan jumlah air di dunia. Satu wilayah kelebihan air, sementara yang lainnya kekurangan.
Meskipun begitu, para ilmuwan mengatakan, krisis tersebut tidak hanya disebabkan oleh perubahan iklim, tapi juga perkembangan populasi dan ekonomi, serta buruknya manajemen air.
“Kelangkaan air dan bencana banjir disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang cepat dan persiapan yang tidak memadai. Perubahan iklim, di satu sisi, memperburuk kondisinya,” kata Arjen Hoekstra, profesor manajemen air di University of Twente, Belanda.
Water footprint
Cape Town yang menjadi tempat tinggal empat juta orang, memiliki iklim kering seperti California Selatan. Ia mengalami Day Zero karena meningkatnya permintaan air dari pertumbuhan penduduk dan ekonomi, dikombinasi dengan kekeringan selama tiga tahun yang membatasi pasokan air.
Baca juga: Video: Para Astronaut Bermain Tenis di Luar Angkasa Untuk Pertama Kali
Yang tidak orang-orang sadari adalah penggunaan air sehari-hari — untuk mencuci, sanitasi, dan memasak – hanya mewakili tiga persen dari total konsumsi air yang dilakukan manusia.
Pertanian menggunakan bagian terbesar — 80 hingga 90 persen. Diikuti oleh produksi energi dan industri.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR