Nationalgeographic.co.id - Semua orang tentu ingin menjadi sehat dan memiliki tubuh yang ideal. Namun tidak semua orang tahu bagaimana cara mendapatkan tubuh yang sehat dan ideal tersebut dengan aman.
Dalam era perkembangan teknologi yang terus berkembang ini, kita selalu berhadapan dengan alat-alat yang dapat membantu kita menyelesaikan sesuatu dengan cepat dan praktis.
Kehadiran teknologi tersebut seolah-olah mengantarkan kita ke dalam pintu berbagai penyakit yang diakibatkan karena kurangnya aktivitas bergerak. Semakin banyak makan dan sedikit bergerak, tentunya dapat menyebabkan obesitas alias kelebihan berat badan.
Baca Juga : PBB : Tingkat Kelaparan Meningkat Selama Tiga Tahun Terakhir
Donal, et al pada tahun 2005 lalu mengatakan bahwa obesitas yang tidak disembuhkan dapat menciptakan penumpukan limbah racun dalam tubuh. Racun itu kemudian akan menjadi jembatan-jembatan baru bagi penyakit lain yang tidak kalah berbahaya, seperti diabetes mellitus, kanker, gangguan ginjal, hipertensi, jantung, dan penyakit mematikan lainnya.
Ada pula efek samping yang menjadi gejala awal seperti munculnya selulit karena berat badan yang kurang ideal, keriput pada wajah, kulit yang semakin kusam, cepat lelah, dan lain-lain. Selain itu, kandungan kimiawi yang terdapat pada makanan dan pancaran radiasi teknologi dapat menyebabkan kecanduan dan insomnia – yang tentunya sangat menganggu aktivitas selanjutnya.
Kabar baiknya, para ahli mencoba berinovasi dengan menciptakan diet detoksifikasi – untuk mencegah dan mengatasi obesitas beserta kroni-kroninya. Diet detoks ini ampuh menyingkirkan racun yang bersarang di dalam organ-organ vital dalam tubuh. Uniknya lagi, diet jenis ini menggunakan bantuan mikroba positif yang berasal dari ektrak kombucha terfermentasi.
Kombucha merupakan sejenis jamur yang cukup mudah ditemukan di Indonesia. Menurut Dr. Sklenar (dalam majalahnya berjudul Experimental Healing Science), jamur ini bermanfaat sebagai penawar racun penyebab beberapa penyakit kronis seperti kolestrol dan kanker karena mengandung enzim dan asam laktat.
Ekstrak kombucha dapat mencairkan lemak yang tertimbun di dalam tubuh – kemudian dikeluarkan melalui buang air. Manson (1995) juga mengatakan bahwa jamur kombucha juga ampuh untuk mencegah perkembangbiakkan cacing E-Coli yang berperan penting dalam pencernaan manusia.
Sebelum mengonsumsi ekstrak kombucha, pastikan Anda memiliki daya tahan tubuh yang kuat dan tidak memiliki alergi. Kandungan asam dan bakteri yang tinggi dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh dan alergi.
Efek samping yang ditimbulkan jika terinfeksi ekstrak kombucha ini adalah munculnya alergi, sakit kepala dan perut, muntah, dan permukaan kulit yang menguning. Bagi yang memiliki penyakit tertentu seperti diare, diabetes, dan iritasi usus sebaiknya mengurangi dosis saat mengonsumsi kombucha yang mempengaruhi gula darah.
Baca Juga : Apa yang Terjadi Pada Tubuh Ketika Anda Sering Menahan Buang Angin?
Proses pembuatan ekstrak kombucha pun terbilang mudah. Hanya dengan melarutkannya dalam larutan teh, gula, dan mikroba – yaitu bakteri Acetobacter xylinum, Saccharomyces cerevisiae, Zygosaccharomyces bailli, dan Candida sp yang menjadi berfungsi sebagai bahan fermentasi – atau sering disebut sebagai ragi.
Proses fermentasi ini memakan waktu sekitar 8-12 hari, tergantung suhu di dalam ruangan. Semakin tinggi suhu, maka proses fermentasi kombucha juga semakin cepat. Proses fermentasi membuat kombucha semakin berkhasiat karena mengandung asam amino, folat, asetat, laktat, enzim, vitamin C, vitamin B, dan alkohol.
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Berbagai Sumber |
Penulis | : | Vinsensia Pintaria |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR