Nationalgeographic.co.id - Elizabeth menjadi salah satu wanita terkejam sepanjang sejarah. Bahkan, dirinya masuk dalam Guinness Book of Records sebagai wanita pembunuh dengan korban terbanyak. Dalam waktu 25 tahun, ia telah menyiksa dan membunuh 612 gadis muda.
Elizabeth Báthory de Ecsed (1560-1614 M) adalah seorang bangsawan dari Kerajaan Hungaria. Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga tertua dan terkaya di Transylvania. Elizabeth juga merupakan sepupu dari Stefan Báthory, Raja Polandia.
Tahun 1575, pada usia 15 tahun, Elizabeth menikah dengan Ferenc Nádasdy, putra bangsawan Eropa. Sebuah rumah di Kastil Csejte menjadi hadiah pernikahan untuk Elizabeth dari Nádasdy.
Baca Juga : Arsinum, Teknologi Air Siap Minum Buatan BPPT Untuk Para Korban Gempa
Tiga tahun setelah pernikahan mereka, Nádasdy diangkat menjadi kepala komandan pasukan Hongaria, dan memimpin perang melawan Ottoman.
Sepuluh tahun pernikahan mereka, Elizabeth tidak memilik anak karena ia dan Nádasdy hanya memiliki sedikit waktu untuk bersama. Terlebih ketika Nádasdy tengah giat mengejar kariernya.
Sekitar tahun 1585, Elizabeth melahirkan seorang anak perempuan yang ia beri nama Anna. Sembilan tahun berikutnya Elizabeth melahirkan dua anak perempuan, Ursula dan Katherina. Pada tahun 1598, ia melahirkan putra pertamanya yang diberi nama Paul.
Pada tahun 1600, Nádasdy meninggal di usia 51 tahun, tetapi tidak diketahui penyebab kematian apakah karena penyakit atau luka akibat peperangan.
Setelah kematian Nádasdy, mulai muncul desas-desus di mana Elizabeth melakukan pembunuhan berantai.
Dalam usianya yang mulai memasuki 40 tahun, Elizabeth takut kehilangan kecantikannya karena penuaan. Hingga suatu hari, seorang pelayan yang sedang menyisir rambut Elizabeth tidak sengaja menarik rambutnya.
Elizabeth menampar pelayan itu dengan keras hingga berdarah. Melihat darah pelayan tersebut mengenai tangannya, ia segera berpikir bahwa darah tersebut akan memberinya kesegaran dan awet muda.
Baca Juga : Langka, Ular Berbisa dengan Dua Kepala Ditemukan di Amerika Serikat
Kekejaman pun dimulai. Awalnya Elizabeth membunuh pelayan-pelayan di kastilnya, kemudian putri-putri petani setempat. Bahkan beberapa gadis dikirim ke kastelnya dengan dalih untuk belajar etika dan sopan santun.
Elizabeth juga membuat lowongan kerja fiktif bagi gadis-gadis desa agar mau datang ke kastelnya.
Setelah berhasil memancing korbannya, Elizabeth akan menyiksa mereka sampai mati. Cara yang dilakukannya pun sangat kejam. Elizabeth akan menggigit, memukul, membakar, memutilasi, hingga membiarkan korban kelaparan sampai mati.
Elizabeth kemudian memerintahkan budaknya untuk mengumpulkan darah mereka dalam sebuah ember dan dituang ke dalam kolam permandiannya.
Elizabeth hanya akan memilih darah wanita muda yang masih perawan. Ia berkeyakinan bahwa dengan mandi darah seorang gadis perawan, maka penuaan tidak akan terjadi pada dirinya.
Agar tidak terlihat mencurigakan, Elizabeth akan memakamkan para korban dengan prosesi pemakaman dengan pendekatan agama. Namun, hal ini tidak bertahan lama karena jumlah korban semakin banyak. Pendeta menolak untuk melakukan tugasnya karena gadis-gadis yang meninggal ini tidak diketahui penyebab kematiannya.
Baca Juga : Cangkang Pecah dan Terluka Parah, Kura-Kura Ini Dibuatkan Kursi Roda
Elizabeth mengancamnya agar ia tidak menyebarkan berita tentang kebiasaannya. Mulai kehabisan alasan, Elizabeth tidak lagi mengubur jasad para korban, melainkan membuangnya secara asal ke beberapa lokasi seperti, sebuah ladang, sungai yang mengalir di belakang kastel, kebun sayur, dan lainnya.
Salah satu korban sempat melarikan diri dan menceritakannya kepada pihak berwenang tentang apa yang terjadi di kastel tersebut. Raja Mátyás dari Hongaria pun memerintahkan sepupu Elizabeth sendiri, György Thurzo, Gubernur Provinsi untuk menyelidiki laporan tersebut.
Pada 30 Desember 1610, mereka mendatangi kastil dan melihat pemandangan yang mengerikan. Di ruang utama, mereka menemukan seorang gadis yang telah mati dalam kondisi kehabisan darah. Sedangkan yang masih hidup, pada tubuhnya terdapat lubang tusukan benda tajam. Di ruang bawah tanah, mereka juga menemukan beberapa gadis yang masih hidup, dan beberapa di antaranya telah ditikam beberapa kali.
Sedangkan di bawah kastil, mereka menemukan sekitar 50 gadis yang telah meninggal.
Elizabeth mengatakan bahwa dirinya tidak bersalah dan menolak untuk muncul dalam persidangan. Dalam sidang tersebut, Johannes Ujvary, major-domo, bersaksi bahwa sekitar 37 gadis yang belum menikah telah terbunuh, sedangkan enam di antaranya secara pribadi direkrut untuk bekerja di kastel.
Pengadilan mengungkapkan bahwa sebagian besar gadis disiksa selama berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan. Mereka dipotong dengan gunting, ditusuk dengan sebuah pin, bahkan digantung di langit-langit untuk membuat sebuah "pancuran darah".
Baca Juga : Perjuangan Para Pemuka Agama di India Membatasi Konsumsi Plastik
Salah satu budak Elizabeth bersaksi bahwa sekitar 40 gadis telah disiksa dan dibunuh. Namun faktanya, Elizabeth membunuh 612 wanita—berdasarkan catatan dalam buku hariannya. Catatan lengkap mengenai persidangan ini berada di Hungaria.
Orang-orang yang terlibat dalam pembunuhan ini, kecuali Elizabeth, dipenggal dan dikremasi. Karena menyandang status bangsawan, Elizabeth tidak diizinkan oleh hukum untuk dieksekusi. Pengadilan tidak pernah menghukum Elizabeth atas kejahatan apa pun, namun ia ditahan selamanya di dalam kastelnya.
Elizabeth dibiarkan di dalam sebuah kamar tanpa jendela dan hanya terdapat celah kecil sebagai tempat untuk memberi makanan.
Pada tahun 1614, Elizabeth meninggal dalam usia 54 tahun di dalam kaselnya sendiri.
Source | : | ancient origins |
Penulis | : | Nesa Alicia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR