Dalam laporan tersebut dituliskan bahwa resistensi yang tinggi akan menciptakan kondisi yang bisa berujung pada angka kematian yang tinggi. Akibatnya, bahkan luka kecil akibat tersayat pisau di dapur, operasi kecil atau bahkan penyakit seperti pneumonia dapat mengancam nyawa manusia.
OECD meyakini bahwa laju peningkatan infeksi AMR akan bertambah sekitar empat sampai tujuh kali lipat lebih cepat pada tahun 2030.
AMR sendiri merupakan fenomena alami yang kerap muncul akibat perubahan genetika. Namun, penggunaan berlebih pada antibiotik dapat mempercepat proses tersebut. Karena antibiotik sendiri tidak dapat dikonsumsi oleh manusia secara sembarangan.
Baca Juga : Bumi Tidak Lagi Datar, Google Tampilkan Bumi Bulat dalam Google Maps
Maka dari itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan penduduk agar menolak antibiotik tanpa arahan yang jelas dari dokter. Pasien juga disarankan untuk tidak mengonsumsi antibiotik sisa milik pasien lain.
Peringatan OECD sendiri, bukan yang pertama kalinya terkait dengan ancaman AMR. Pada tahun 2016 lalu, studi yang dibuat oleh Jim O’Neill, ekonom asal Inggris menyimpulkan bahwa, kegagalan dalam menangani AMR akan menyebabkan 10 juta kematian setiap tahunnya dan diyakini akan menghabiskan biaya hingga 100 trilliun dollar AS pada tahun 2050.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Loretta Novelia Putri |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR