Nationalgeographic.co.id - Para ilmuwan menemukan pola misterius di awan Venus. Penemuan ini memberikan informasi baru mengenai iklim dan kondisi brutal di planet yang paling dekat dengan Matahari ini.
Berdasarkan pemodelan komputer, tim peneliti menduga, gerakan udara di Venus tersebut disebabkan oleh aliran jet kutub yang sama seperti di Bumi. Itu mungkin bertanggung jawab atas penyimpangan yang terjadi.
Baca Juga : Rupa Galaksi Bima Sakti Bila Dilihat Melalui Mata Manusia Super
Pola itu bisa terlihat berkat teknologi pemindaian inframerah pada wahana antariksa Akatsuki. Ia mampu 'mengintip' di bawah awan tebal asam sulfat setinggi 45-70 kilometer yang biasanya menutupi Venus dari pandangan teleskop kita.
"Untuk pertama kalinya kami sukses mereproduksi struktur pola beruntun yang berkembang dengan kuat di atmosfer Venus," papar peneliti.
Meski Venus dan Bumi memiliki ukuran, tarikan gravitasi, serta kemungkinan efek aliran jet kutub yang sama, tapi atmosfer mereka sangat berbeda. Di venus, terdapat udara beracun, hujan asam sulfur, dan suhu yang sangat panas. Hal itulah yang membuat pendaratan pesawat luar angkasa di planet tersebut sangat sulit.
Namun, bagaimana pun juga, penemuan pola misterius tersebut dapat memberi tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi di atmosfer Venus secara keseluruhan.
Para ilmuwan menggunakan pemodelan komputer canggih untuk mencocokkan pola di awan dan data pengujian. Hasilnya menunjukkan bahwa perbedaan suhu dan tekanan udara, serta angin rotasi kuat lah yang menyebabkan pola goresan di Venus yang belum pernah dilihat sebelumnya–termasuk di Bumi. Membuatnya menjadi planet yang sangat unik.
Baca Juga : Mengenal Planet Bola Mata yang Memiliki Sisi Panas dan Dingin Ekstrem
Venus masih menjadi subjek studi yang menarik untuk dipelajari bagi para astronom. Entah untuk mencari tahu medan permukaannya atau memetakan angin 'kacau' yang muncul ketika Matahari terbenam.
Suatu hari, kita mungkin bisa mendapatkan pembacaan yang lebih akurat mengenai apa yang terjadi di Venus. Cara yang bisa dilakukan adalah membuat alat yang dapat bertahan pada suhu 460 derajat celsius.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR