Picasso nan Genius Lahir di Antara Benturan Peradaban. Begini National Geographic Memandang Seni Kreatif

By Rahmad Azhar Hutomo, Sabtu, 8 Juni 2019 | 14:06 WIB
Picasso memupuk reputasinya, mengandalkan pengaruh para penyokong, termasuk Gertrude dan Leo Stein. Kini kolektor Mera dan Don Rubell berperan besar dalam mengorbitkan bakat modern, yang terbaru adalah Allison Zuckerman. Foto ini menampilkan para tamu di pembukaan acaranya. Dia mulai menayangkan karyanya di Instagram sebelum melejit dan mengadakan pameran solo di Rubell Family Collection di Miami. Dia menggunakan unsur-unsur dari gaya Picasso. ()
Nationalgeographic.co.id - Perjalanannya dari anak ajaib menjadi seorang ikon menunjukkan kedalaman jiwa seninya, serta kecemerlangan nan resah di baliknya.

Saat itu pagi hari sebelum lelang Malam Seni Impresionisme dan Modern di Christie’s, dan tiba-tiba muncullah dia.

Melewati pintu masuk rumah lelang itu di Rockefeller Center, lukisan potret geometris nan semarak karya Pablo Picasso yang bernama “Femme Accroupie (Jacqueline)” berlalu di lorong, digotong oleh dua ahli penanganan karya seni yang berpakaian hitam.

Dilukis di selatan Prancis pada Oktober 1954, kanvas itu menampilkan Jacqueline Roque, gundik Picasso yang berumur 27 tahun, yang kemudian menjadi istrinya, dengan tangan memeluk rok perca bermotif segitiga hijau dan ungu.

Sang seniman, kala itu 72 tahun, melukis “Femme Accroupie” dalam sehari saja, dan lukisan itu mencurahkan sapuan kuas bertenaga, warna tebal, bentuk menggelora, mata tak sejajar, dan hidung terbalik. Sinar keemasan melingkari tubuh Jacqueline. Tanpa dipajang di dinding pun, lukisan itu menyedot perhatian.

Baca Juga : Ilmuwan Ungkap Mengapa Tatapan Lukisan Mona Lisa Seolah Mengikuti Kita

Malam itu pelelang Adrien Meyer mengawali penawaran senilai Rp165 miliar, dan harganya langsung melangit ketika dua perwakilan Christie’s berduel dalam perang penawaran telepon atas nama klien anonim. Dengan punggung tegak dan kepala terjulur maju bagai macan tutul mengintai babi kecil, Meyer menoleh bolak-balik antara dua orang itu sampai salah satunya mengisyaratkan mundur. Akhirnya, dengan ketukan palu, dia mencanangkan harga yang menang Rp447 miliar.

Di museum Reina Sofía di Madrid, anak sekolah mengunjungi lukisan ikonik Picasso, “Guernica,” yang menampilkan kematian dan penderitaan setelah pengeboman kota Basque tersebut pada 1937. Meskipun terinspirasi oleh Perang Saudara Spanyol, gambar ini mewakili penderitaan universal, di mana pun atau kapan pun terjadinya. ()

Mencengangkan, tetapi tidak mengejutkan. Hampir setengah abad setelah kematiannya, Picasso masih memesona, membingungkan, memikat, dan memprovokasi. Sejak masa awalnya sebagai seniman, Picasso menghancurkan pemahaman dasar kita tentang dunia dengan lukisan wajah berkeping-keping dan sudut pandang terpecah-pecah.

Dia bekerja dengan rakus, mencipta-ulang gayanya dengan cepat—periode biru, periode merah jambu, periode Afrika, kubisme, surealisme—menghasilkan ribuan patung, gambar, etsa pelat perunggu, keramik, dan lukisan. Sebagaimana Albert Einstein membayangkan riak gravitasi di kosmos, Picasso melihat ombak di dunia yang kita huni, jauh sebelum kita melihatnya.

Baca Juga: Senandung Sendu Seniman Ketoprak Ketika Terseret Pusaran Geger 1965

Sambil duduk di sofa hijau kekuningan di ruang tamunya di Geneva, putra Picasso yang bernama Claude merenungkan dampak karya ayahnya. “Dia menghancurkan segala sesuatu yang kita sudah terbiasa,” katanya, “dan menciptakan visi baru bagi semua orang.”

Picasso tidak pernah berhenti mencipta-ulang gaya seninya, dan tidak ada yang tidak tersentuh. Dia membuat ribuan lukisan, patung, keramik, cat air, dan pahatan. “Dia berkata bahwa dia tidak menyimpan rahasia dalam karyanya,” kata cucu sang seniman, Diana Widmaier Picasso. “Karyanya seperti buku harian.” Picasso melukis potret diri pada usia 90 tahun. ()

Bagaimana seseorang berevolusi dari bayi menjadi genius? Bagaimana satu orang dapat mengubah cara kita melihat? Picasso adalah orang yang tidak rapi. Dia senang kehidupan di sirkus dan kematian di tarung banteng.