Potensi sumber daya yang belum terkuras dikandung pada wilayah kerja saat ini (existing) masihlah cukup besar. Karena itu, Pertamina terus berinovasi untuk membuka potensi-potensi upside tersebut melalui inovasi optimasi pengembangan lapangan-lapangan (OPLL) seperti yang saat ini sedang dilakukan di Mahakam dan wilayah kerja lainnya.
“Salah satu contoh agresivitas pengeboran adalah dengan merencanakan pengeboran 315 sumur pengembangan yang sepertiganya dilakukan di blok Mahakam.” Sambung Nicke.
Ia mencontohkan, sejak alih-kelola blok Mahakam pada Januari 2018 hingga tahun ini, Pertamina Hulu Mahakam (PHM) sebagai operator blok Mahakam memprediksi upaya pengeboran akan mencapai 187 sumur pengembangan hingga akhir 2019.
Jumlah itu terdiri dari 66 sumur telah berhasil dibor pada 2018 dan 121 sumur ditargetkan selesai selama tahun 2019. Hingga Oktober 2019, sebanyak 99 sumur telah direalisasikan.
Baca Juga: Kembangkan Desa Kreatif, PT Pertamina (Persero) Terminal BBM Bandung Group Raih Proper Emas
Kembali terkait blok Mahakam, dalam operasinya PHM telah melakukan efisiensi operasi dan menciptakan nilai (value creation) dengan sangat baik.
Hasilnya, di tahun 2018, setelah satu tahun Blok Mahakam dikelola oleh PHM, pendapatan pemerintah meningkat sebesar 584 juta dollar AS atau 61 persen dari target 950 juta dollar AS ke 1,5 miliar dollar AS berkat efisiensi biaya sebesar 361 juta dollar AS.
Data juga menunjukkan bahwa pada 2018 tersebut PHM telah mampu menurunkan cost recovery dari 1,271 juta dollar AS menjadi 973 juta dollar AS.
Nicke menambahkan bahwa best practice dari value creation yang telah dicapai di Blok Mahakam ditularkan kepada wilayah kerja terminasi lainnya yang dikelola Pertamina, seperti halnya Pertamina Hulu Sanga-Sanga, Pertamina Hulu Kalimantan Timur, Pertamina Hulu Energi OSES dan ONWJ.