Meraih Asa Lewat Beragam Strategi Mumpuni, Produksi Satu Juta Barrel Telah di Depan Mata

By Bayu Dwi Mardana Kusuma, Kamis, 5 Desember 2019 | 08:54 WIB
Dalam mengelola aset operasi di sektor hulu migas, PT Pertamina (Persero) menjalankan tiga strategi utama. (dok. PT Pertamina (Persero))

 

Pengembangan panas bumi

Strategi ketiga, Pertamina juga terdepan dalam melakukan upaya untuk mewujudkan transisi ke energi baru dan terbarukan di sektor hulu.

Pertamina aktif melakukan operasi dan pengembangan energi panas bumi di Indonesia sejak tahun 1974.

Sekadar informasi, energi panas bumi juga dikenal dengan energi geothermal, berasal dari panas dalam bumi. Di samping menghasilkan listrik, energi ini digunakan untuk pompa pemanas, alat mandi, pemanas ruangan, rumah kaca untuk tanaman, dan proses-proses industri.

Saat ini, kapasitas terpasang yang dioperasikan sendiri oleh PGE (own operation) sebesar 672 MW dan dilakukan melalui skema upstream project dan total project.

Dalam skema upstream project, Pertamina Geothermal Energy (PGE) bertindak sebagai penjual panas bumi untuk disalurkan ke Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) milik pembeli, sedangkan dalam skema total project, PGE bertindak sebagai penjual tenaga listrik yang dibangkitkan dari PLTP milik PGE untuk disalurkan ke jaringan transmisi atau distribusi milik PT PLN (Persero) sebagai pembeli.

“Di seluruh pelosok tanah air, rakyat Indonesia memimpikan teraliri listrik. PGE hadir sebagai mitra PLN untuk mempercepat target 35 ribu MW kelistrikan nasional,”ujar Nicke.

Pertamina aktif melakukan operasi dan pengembangan energi panas bumi di Indonesia sejak tahun 1974. (dok. Pertamina)

Total kapasitas terpasang tersebut berpotensi menerangi 1,344 juta rumah dan menghemat cadangan devisa migas sekitar 31.800 barrel setara minyak per hari serta pengurangan emisi sebesar 3,4 ton Karbon Dioksida per tahun.

Selain turut mengembangkan infrastruktur, memelihara lingkungan hidup, dan memberdayakan masyarakat di wilayah operasinya, pengembangan panas bumi yang dilakukan oleh PGE juga memberikan kontribusi kepada penerimaan negara sebesar 34 persen dari net operating income PGE.

PGE juga berkontribusi langsung kepada penerimaan daerah melalui pemberian bonus produksi yang ditransfer langsung ke kas daerah sebesar 1 persen dari pendapatan kotor untuk penjualan uap dan 0,5 persen dari pendapatan kotor untuk penjualan listrik.

Lebih lanjut, Nicke menjelaskan bahwa Pertamina tidak cepat berpuas diri di bidang panas bumi karena saat ini baru sekitar 6 persen dari potensi panas bumi di Indonesia yang telah digarap.

Untuk itu, melalui rencana jangka panjang 2021 sampai dengan 2026, PGE berkomitmen mengucurkan investasi sebesar 2,68 miliar dollar AS untuk pengembangan wilayah kerja yang ada serta menggarap wilayah kerja - wilayah kerja baru di Indonesia.

Sebagai contoh, dua proyek baru yang segera digarap adalah Kota Mobagu di Sulawesi Utara dan Seulawah di Aceh. Dengan strategi tersebut, kapasitas terpasang own operation PLTP akan melesat hampir dua kali lipat dari 672 MW menjadi 1.112 MW.

Dengan demikian, PGE optimis dapat meningkatkan cadangan menjadi 2.175 MW dan produksi listrik menjadi 7.455 GWh. (Sri Noviyanti/Kompas.com)