Menjelajah di Labuan Bajo dan Pulau Komodo, Surga Sang Naga Purba

By Fathia Yasmine, Senin, 30 November 2020 | 17:39 WIB
Keindahan pulau padar dari ketinggian. (Dok.Shutterstock)

Nationalgeographic.co.id – Labuan Bajo yang menjadi salah satu destinasi wisata favorit di Nusantara. Baik pejalan domestik, maupun mancanegara berbondong-bondong datang untuk menikmati keindahannya.

Hal tersebut tidak mengherankan, sebab Labuan Bajo bisa dikatakan merupakan destinasi all-in-one buat pejalan yang punya minat bertualang.

Destinasi yang berlokasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini memiliki pulau-pulau yang indah untuk dijelajahi, pantai-pantai yang cantik, keragaman flora dan fauna, serta menawarkan ragam pengalaman wisata seperti menyelam dan berpesiar.

Daya tarik tersebut membuat kunjungan pejalan ke Labuan Bajo terus meningkat. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pun menjadikan Labuan Bajo sebagai destinasi yang bukan hanya superprioritas, melainkan superpremium.

Baca Juga: Geliat Juang Boyolali, Perbaiki Alam hingga Berdayakan Kaum Difabel

Menukil dari Kompas.com (17/12/2019), Menteri Parekraf Wishnutama Kusubandio mengatakan, pemerintah tengah membangun sejumlah infrastruktur pendukung untuk mewujudkan Labuan Bajo sebagai destinasi premium.

“Pemerintah akan bangun airport dengan landasan lebih panjang, hotel juga dibangun banyak di sana. Artinya turis lebih banyak (yang datang) dan (paket wisata) bisa lebih menjual,” ujarnya.

Pejalan yang merindukan petualangan akibat tertundanya aktivitas wisata selama lebih kurang satu tahun dapat melirik Labuan Bajo sebagai destinasi.

Pasalnya, berpelesir di Labuan Bajo didominasi oleh kegiatan jelajah alam yang dinilai sebagai pilihan wisata aman di tengah pandemi. Berikut beberapa kegiatan yang dapat dilakukan saat bertualang di Labuan Bajo.

Baca Juga: Mengamati Maleo dan Menelusuri Peninggalan Megalitikum di Lore Lindu

Live on board dan island hopping

Labuan Bajo terdiri atas beberapa pulau, yakni Pulau Rinca, Pulau Padar, Pulau Moyo, Pulau Kanawa, dan Pulau Kelor. Pejalan dapat menjelajahi kelima pulau ini dengan model wisata live on board (LoB).

LoB layaknya berpesiar. Pejalan tinggal di dalam sebuah kapal selama lebih kuran 3-7 hari untuk singgah dari satu pulau ke pulau lainnya (island hopping).  Selama perjalanan, pejalan akan diajak untuk menjangkau titik-titik diving dan menikmati pemandangan dari atas kapal.

Selama LoB, pejalan dapat mengunjungi semua pulau tersebut. Durasinya tergantung pada pilihan pejalan.

Trekking di Pulau Padar

Pulau Padar menjadi salah satu spot foto ikonik yang cukup populer di dunia maya. Tak hanya memiliki daratan yang luas, tampilan pulau yang melekuk dan mengintari Laut Flores berwarna biru dan tosca, begitu spesial.

Baca Juga: Membelah Segara Anakan, Menilik Dusun Mandiri Energi di Pesisir Jawa

Bagian atas bukit menjadi salah satu destinasi berfoto sekaligus lintasan trekking yang patut dicoba. Pejalan dapat menapaki lebih dari 1.000 anak tangga kayu yang ada di pinggir pantai dengan kemiringan 45 derajat.

Uniknya, lintasan yang cukup curam ini tidak memiliki tali pengaman maupun pembatas. Artinya, pejalan harus lebih fokus dan jeli ketika menaiki tangga ini.

Sepanjang perjalanan menapaki tangga, cukup banyak pejalan yang kerap berhenti sejenak untuk mengabadikan lanskap pantai yang terlihat jelas dari kejauhan, terutama ketika batuan terjal mulai terlihat. Pemandangan dua sisi pantai mulai terlihat jelas keindahannya.

Anak tangga tidak berakhir di puncak bukit. Saat mencapai puncak pejalan masih harus berjalan melewati jalanan berpasir dan berbatu.

Namun rasa lelah akan terbayar karena pejalan bisa langsung menikmati keindahan dari 3 pantai sekaligus. Untuk mencapai puncak bukit, setidaknya diperlukan waktu total 30 menit.

Baca Juga: Lestarikan Budaya Bali, Penari Kolok di Desa Bengkala Bertahan Tunjukkan Eksistensi di Tengah Pagebluk

Agar pengalaman trekking di Pulau Padar lebih maksimal, pilihlah waktu pagi hari atau sore hari. Selain pemandangannya lebih indah, matahari juga cenderung lebih teduh sehingga risiko kelelahan dan dehidrasi lebih minim.

Mengunjungi naga purba di Pulau Komodo

Menjadi surga naga purba, Pulau Komodo menjadi salah satu pusat konservasi dari Taman Nasional Pulau Komodo (TNP Komodo). Pejalan dapat melihat aktivitas keseharian komodo serta menikmati keindahan alam dari kejauhan.

Ketika sampai di pulau ini, pejalan akan disambut dengan gapura bertuliskan TNP Komodo. Seorang ranger atau pemandu akan menemani pejalan agar tidak tersasar atau aman dari komodo yang agresif.

Selama berada di wilayah ini, pejalan tak hanya bisa melihat Komodo,  tetapi juga berbagai flora langka. Jika beruntung, pejalan juga bisa melihat langsung pertarungan Komodo jantan dari jarak jauh saat musim kawin tiba.

Baca Juga: Manfaatkan Teknologi, Roh Tari Topeng Mimi Rasinah Bangkit di Tengah Pandemi

Melanjutkan perjalanan dari Pulau Komodo, pejalan bisa mengunjungi Pink Beach yang berada di sisi lain dari pintu masuk taman nasional. Pantai ini dapat dijangkau kira-kira 30 menit menggunakan kapal. Kegiatan snorkeling wajib dilakukan di sini.

Menyelam bersama pari manta

Berlayar sekitar 25 menit dari Pink Beach, pejalan dapat menemukan Manta Point. Pejalan dapat menyelam dengan pari manta—spesies  ikan pari terbesar di dunia—di lokasi ini. Lebar tubuh pari manta dapat mencapai 2-3 meter.

Jika tidak punya kemampuan mumpuni untuk menyelam, pejalan dapat mencoba berkunjung ke Manta Sighting Spot untuk menyentuh, membelai, hingga memberi makan para manta.  

Selain itu, ada juga spot untuk melihat koloni ubur-ubur yang menjadi bahan santapan para manta setiap harinya. Pejalan bisa melihat koloni ini dari bawah kapal maupun ketika ber-snorkeling.

Baca Juga: Bentang Geografis Pulau Padar di Taman Nasional Komodo

Untuk mengunjungi Manta Point, pejalan bisa datang pada pagi hari sebelum jam 12 tiba. Ombak laut yang ada di Manta Point cukup besar sehingga ada baiknya untuk mempersiapkan fisik dan mental jika ingin menyelam di lokasi ini.

Beberapa persiapan yang bisa dibawa di antaranya yaitu tabung gas, pakaian renang atau selam, fin, masker, dan pelampung.

Bersantai di puncak Gili Laba

Mengelilingi berbagai pulau unik, tak lengkap rasanya bila belum mendatangi Gili Laba. Gili Laba sering juga disebut Gili Lawa Darat. Pulau mini ini punya pemandangan yang unik karena berubah warna tergantung musim.  

Ketika musim kemarau, dataran Gili Laba sabana yang menutupi pulau ini akan berwarna coklat layaknya gurun pasir. Sedangkan pada musim penghujan, sabana akan berubah menjadi hijau layaknya hamparan rumput yang indah.

Gili Laba juga menjadi salah satu destinasi favorit untuk menikmati sunset dan sunrise di ufuk timur. Pejalan dapat melakukan trekking dan duduk bersantai di puncak bukit untuk melihat suasana pulau sekaligus kapal-kapal berlabuh di tepi pantai.

Baca Juga: Ketika Pembangunan dan Pelestarian Berimpit di Taman Nirwana Sang Naga

Itulah sederet kegiatan yang bisa pejalan lakukan di Labuan Bajo. Saat berada di sana pejalan diharapkan tetap melakukan wisata yang bijak guna menjaga keberlangsungan konservasi yang ada di Taman Nasional Komodo.

Pejalan diharapkan tidak membuang sampah sembarangan, mentaati peraturan yang dibuat pengelola, serta tidak merusak terumbu karang yang ada di sekitar pantai.  

Selain itu, bepergian di tengah pandemi tetap perlu menerapkan berbagai protokol kesehatan. Salah satunya yakni penerapan protokol kesehatan menggunakan masker, menjaga jarak aman, dan mencuci tangan (3M).

Terapkan pula prinsip Clean, Health, Safety, Environment (CHSE) saat menaiki kendaraan umum atau pribadi ketika menuju tempat wisata, berkuliner, hingga menjelajah agar kesehatan tetap terjaga.