Gen Pengembara

By , Jumat, 21 Desember 2012 | 11:45 WIB

MUSIM DINGIN 1769. Penjelajah Inggris Kapten James Cook, pada awal penyeberangan Pasifik pertamanya, menerima hadiah istimewa dari se­orang pendeta Polinesia bernama Tupaia. Ha­diah tersebut adalah peta pertama yang per­nah dilihat oleh seorang Eropa, yang meng­gambar­kan semua pulau utama di Pasifik Selatan.

Bagi Cook, peta itu langsung memberikan gambaran yang jauh lebih lengkap mengenai Pasifik Selatan daripada peta-peta yang ada di Eropa. Di situ ditunjukkan semua pulau uta­ma dalam lintasan sekitar 5.000 kilometer, dari Marquesas ke Fiji di barat.

Gambaran itu sesuai dengan yang pernah dilihat Cook, sekaligus me­nunjukkan banyak hal yang belum pernah dilihatnya sama sekali. Cook memberi tempat kepada Tupaia di Endeavour ketika dia merapat di Tahiti. Tidak lama kemudian, pria Polinesia itu membawa me­reka ke sebuah pulau yang tidak dikenal oleh Cook, sekitar 500 kilometer di selatan, tanpa melihat kompas, bagan, jam, atau sekstan.

Sejak menjadi pemandu di Endeavour, Tupaia terus membuat takjub dengan menuruti permintaan para awak kapal untuk menunjuk secara akurat ke Tahiti, tak peduli siang atau malam, mendung atau cerah.

Cook memahami makna keahlian Tupaia. Penduduk pulau-pulau yang tersebar di Pasifik Selatan berasal dari satu kelompok, yang dahulu telah menjelajahi, menghuni, dan memetakan samudra luas ini tanpa peralatan navigasi yang esensial bagi Cook—dan menyimpan peta itu di kepala mereka.

Dua abad kemudian, sebuah jaringan ah­li genetika global yang menganalisis jejak mi­­gra­si manusia modern membuktikan ke­­benaran dugaan Cook: leluhur Tupaia te­lah menghuni Pasifik sejak 2.300 tahun silam.

Kendati tampak mustahil, migrasi menyeberangi Pasifik merupakan lanjutan dari perjalanan darat menuju timur yang dimulai dari Afrika pada 70.000 sampai 50.000 tahun sebelumnya.

Perjalanan Cook adalah lanjutan dari pergerakan ke barat yang dimulai oleh leluhurnya sendiri, yang meninggalkan Afrika pada waktu yang kurang lebih bersamaan. Per­­jumpaan Cook dengan Tupaia menutup ling­karan, menyelesaikan perjalanan yang di­mulai oleh leluhur mereka beribu-ribu tahun silam.!break!

Cook tewas dalam sebuah pertikaian ber­darah melawan penduduk Hawai’i sepuluh tahun kemudian. Kematiannya, menurut se­bagian orang, menutup apa yang dianggap oleh para ahli sejarah Barat sebagai era penjelajahan. Namun, itu tidak menghentikan penjelajahan kita.

Kita tetap terobsesi untuk memetakan se­luruh Bumi; mendatangi kutub-kutub terjauh, puncak-puncak tertinggi, dan palung-palung terdalam; berlayar ke setiap sudut, lalu melesat ke luar angkasa.

Amerika Serikat, bersama negara-negara lain­nya dan beberapa perusahaan swasta, tengah bersiap-siap menerbangkan manusia ke Mars. Beberapa visioner bahkan mempertimbangkan untuk mengirim pesawat ruang angkasa ke bintang terdekat.

Ilmuwan NASA, Michael Barratt, adalah salah se­orang yang gatal ingin menginjakkan kaki ke Mars. Dokter, pe­selam, dan pilot jet ini secara sadar membayangkan dirinya meneruskan per­jalanan Cook dan Tupaia menjelajahi Pasifik. “Kami melakukan hal yang sama dengan mereka,” kata pria yang telah menjadi pelaut selama 40 tahun dan astronaut selama 12 tahun ini.

“Ini terjadi pada setiap titik dalam sejarah manusia. Sebuah peradaban mengembangkan teknologi yang memungkinkan, entah untuk meng­awetkan dan mengangkut makanan dengan mudah, merakit kapal, atau meluncurkan roket. Kemudian Anda akan me­nemukan manusia-manusia yang cukup berhasrat untuk memasang roket di pantat agar bisa keluar dan mencari hal-hal baru.”