Gen Pengembara

By , Jumat, 21 Desember 2012 | 11:45 WIB

Dia memodifikasi sekoci sepanjang tujuh meter untuk sebuah tugas yang jauh melampaui rancangan aslinya. Dengan perlengkapan navigasi dan lima orang awak kapal, ia memulai perjalanan yang hanya berani dibayangkan oleh sedikit orang. Dia tiba di Georgia Selatan, lalu kembali ke Pulau Elephant untuk menolong sisa krunya.!break!

Noonan menekankan bahwa otak besar dan tangan terampil kita menentukan kapasitas imajinasi. Alison Gopnik, seorang psikolog per­kembangan anak di University of California, Berkeley, mengatakan bahwa manusia juga me­miliki kelebihan lain yang tidak senyata itu namun memicu kapasitas imajinatifnya: masa kecil yang panjang, ketika kita bisa memelihara dorongan untuk menjelajah selama masih ter­gantung pada orang tua.

Bayi manusia disapih sekitar satu setengah tahun lebih cepat daripada gorila dan simpanse, lalu menempuh jalan yang jauh lebih lambat menuju pubertas. Bukti susunan gigi manusia Neanderthal menunjukkan bahwa mereka pun tumbuh lebih cepat daripada kita. Sebagai hasilnya, tidak seperti primata lainnya, kita me­miliki perioda “bermain” dengan per­lindungan untuk belajar tentang hadiah penjelajahan.

Ada banyak binatang yang gemar bermain, kata Gopnik. Tetapi jika binatang-binatang lain­nya bermain terutama dengan melatih ke­ahlian-keahlian dasar semacam berkelahi dan berburu, anak manusia mengarang cerita dengan peraturan-peraturan rekaan yang me­nguji hipotesis.

Bisakah aku membangun menara balok setinggi diriku? Apakah yang akan terjadi seandainya kami mempertinggi lintasan sepeda? Bagaimana permainan anak ini akan berubah jika aku menjadi guru dan kakakku menjadi murid? Permainan semacam itu efektif menjadikan anak-anak penjelajah ranah dengan berbagai kemungkinan.

Kita semakin jarang bermain seiring ber­tambahnya umur, ujar Gopnik, juga kian malas menjajaki berbagai alternatif baru dan lebih suka berpegang pada rutinitas. Selama masa kanak-kanak, kita membangun mesin perakit dan pengolah di dalam otak untuk mengeksplorasi; jika semasa dewasa kita tetap seawas itu, latihan sejak dini ini memungkinkan kita melihat situasi yang mengharuskan perubahan strategi.

Mungkinkah ada Jalur Barat Laut? Apakah kita akan lebih mudah melintasi Kutub menggunakan kereta anjing? Mungkin, mungkin saja, kita bisa mengelilingi Mars dengan kendaraan yang tersambung pada pesawat dengan kabel.

“Kita membawa sifat itu hingga dewasa,” kata Gopnik. Dan mereka yang tetap bersemangat menghadapi berbagai kemungkinan—seperti Cook dan Tupaia, Sally Rides, dan Michael Barratt—adalah penjelajah.

Pada 1830-an di hutan rimba Quebec, Kanada, sebuah populasi penjelajah perintis me­mulai sebuah percobaan panjang dan berisiko. Quebec City, yang didirikan oleh bangsa Prancis, tumbuh dengan sangat pesat. Ke arah utara, di sepanjang Sungai Saguenay, sebuah hutan perawan terbentang luas.

Negeri yang kaya namun brutal ini segera menarik para perhatian para penebang kayu dan keluarga petani muda yang siap menyongsong pekerjaan, risiko, dan kesempatan baru. Me­reka mendaki lembah, membangun satu demi satu desa kecil, menciptakan gelombang permukiman ke arah Saguenay.!break!

Dari sudut pan­dang seorang ahli biologi, gelombang migrasi semacam ini tidak hanya mengumpulkan tipe-tipe manusia tertentu di garis depan, tetapi juga membantu ekspansi gen apa pun yang mungkin mendorong orang-orang itu bermigrasi.

Kadang-kadang, suatu gen hanyut secara pasif, atau secara kebetulan, dalam gelombang semacam itu—gen tersebut kebetulan umum dimiliki oleh pemimpin migrasi, sehingga menjadi umum di masyarakat yang mereka dirikan. Gen tersebut tidak selalu bertahan dalam evolusi; ia hanya menjadi lebih umum karena banyak orang di garis depan yang me­milikinya, kemudian bereproduksi.