Bagaimana Lumba-Lumba Berkomunikasi?

By , Kamis, 16 April 2015 | 17:28 WIB

Ketika simpanse memandang sebutir buah atau gorila punggung perak mendabik dada untuk memperingatkan jantan lain yang mendekat, mudah saja kita melihat cerminan diri kita dalam perilaku tersebut atau bahkan membayangkan isi pikirannya. Kita masih terhitung satu golongan, kera besar, dan kecerdasan spesies tersebut sering terasa seperti kecerdasan manusia dalam kadar yang lebih rendah—atau setidaknya mirip. Akan tetapi, lumba-lumba sangat berbeda dengan kita. Satwa ini “melihat” dengan sonar dan sangat presisi sehingga dari jarak 30 meter dia bisa mengetahui suatu benda itu terbuat dari logam, plastik, atau kayu. Bahkan dia bisa menangkap sinyal ekolokasi lumba-lumba lain dan mengetahui benda yang sedang dilihat lumba-lumba itu. Tidak seperti primata, hewan ini tidak bernapas secara otomatis, dan saat tidur, sepertinya hanya setengah otaknya yang beristirahat. Gerakan matanya terpisah satu sama lain. Spesies ini semacam makhluk asing yang hidup seplanet dengan kita—mengamati lumba-lumba mungkin hampir mirip dengan bertemu makhluk luar angkasa.

Lumba-lumba sangat banyak omong. Tidak hanya bersiul dan berdecak, satwa ini juga mengeluarkan beragam suara keras sekaligus yang disebut “bunyi rentetan” untuk memarahi anaknya dan mengusir hiu. Para ilmuwan yang mendengarkan suara-suara itu telah lama menduga-duga artinya. Buat apa makhluk berotak besar yang sangat sosial ini repot-repot mengoceh di dalam air, jika bunyi itu tidak ada maknanya. Sayangnya, penelitian selama sete­ngah abad belum bisa menyimpulkan satuan dasar bunyi lumba-lumba, apalagi tata bahasanya.

“Jika kita dapat menemukan pola yang menghubungkan bunyi dengan perilaku, itu akan menjadi terobosan besar,” kata Kuczaj, 64 tahun, yang menerbitkan lebih banyak artikel ilmiah tentang kognisi lumba-lumba daripada sebagian besar ilmuwan di bidang ini. Dia meyakini bahwa penelitiannya mengenai lumba-lumba yang bergerak serentak di RIMS mungkin dapat menjadi batu Rosetta yang mengungkap misteri komunikasi lumba-lumba, meskipun imbuhnya, “Kecanggihan lumba-lumba yang membuatnya begitu menarik juga membuatnya sangat sulit diteliti.”

Sayangnya hampir tidak ada bukti yang mendukung keberadaan sesuatu yang menyerupai bahasa lumba-lumba, bahkan beberapa ilmuwan mengungkapkan kekesalannya pada penelitian konyol berkepanjangan itu. “Juga tidak ditemukan bukti bahwa lumba-lumba tidak bisa pindah waktu, tidak bisa membengkokkan sendok dengan pikiran, dan tidak bisa menembakkan laser dari lubang embusnya,” tulis Justin Gregg, pengarang Are Dolphins Really Smart? The Mammal Behind the Myth.

Sementara Gregg melihat setengah abad kegagalan, Kuczaj dan para peneliti terkemuka lainnya melihat banyak sekali bukti tidak langsung yang membuat mereka yakin bahwa masalah ini hanya belum dilihat dengan cara yang benar dan dengan alat yang tepat. Baru dalam dekade terakhir perekam audio frekuensi tinggi bawah air, seperti yang digunakan Kuczaj, mampu menangkap spektrum penuh suara lumba-lumba, dan baru beberapa tahun terakhir algoritme perlombongan data digunakan untuk menganalisis rekaman tersebut. Pada akhirnya nanti, bunyi lumba-lumba merupakan salah satu misteri terbesar yang menunggu dipecahkan ilmu pengetahuan atau salah satu penelitian panjang yang berakhir sia-sia.