Bagaimana Lumba-Lumba Berkomunikasi?

By , Kamis, 16 April 2015 | 17:28 WIB

Ada orang yang ikut retret spiritual untuk berkomunikasi dengan lumba-lumba. Ada wanita yang memilih melahirkan di hadapan lumba-lumba. Dan, ada pula pihak yang mengklaim dapat menggunakan kekuatan energi lumba-lumba untuk menyembuhkan suatu penyakit.

“Mungkin lebih banyak ide aneh tentang lumba-lumba yang terdapat di dunia maya daripada lumba-lumba yang terdapat di laut,” tulis Gregg. Kebanyakan ide aneh tersebut dapat ditelusuri kembali ke satu orang, namanya adalah John Lilly.

Lilly adalah ahli neurofisiologi ikonoklastik di National Institute of Mental Health AS yang mulai meneliti lumba-lumba tahun 1950-an. Dialah ilmuwan pertama yang berpendapat bahwa “manusia laut” ini memiliki bahasa. Dengan hibah dari beberapa kelompok besar penyandang dana penelitian, Lilly membuka fasilitas penelitian lumba-lumba di Kepulauan Virgin AS, tempat dia berupaya mengajarkan bahasa Inggris kepada lumba-lumba bernama Peter. Pada awal 1960-an, percobaan Lilly menjadi semakin tidak konvensional—ia bahkan pernah menyuntik lumba-lumba dengan LSD—dan pendanaan mulai menyurut.

Topik “bahasa” lumba-lumba dihindari para peneliti sampai 1970, ketika psikolog University of Hawaii yang bernama Louis Herman mendirikan Kewalo Basin Marine Mammal Laboratory di Honolulu.

!break!

“Kami ingin mendidik hewan ini untuk mengetahui potensi kognitifnya,” kata Adam Pack dari University of Hawaii at Hilo, yang bekerja di laboratorium itu selama 21 tahun. “Kami membesarkan lumba-lumba seperti layaknya manusia membesarkan anak.”

Di Kewalo Basin dua lumba-lumba peliharaan, Phoenix dan Akeakamai, dibesarkan dalam lingkungan pendidikan berkelanjutan dan diajari bahasa buatan. Keduanya dididik untuk menghubungkan suara atau isyarat tangan dengan benda, tindakan, dan sifat.

Phoenix diajari bahasa akustik dengan urutan kata sesuai tugas yang hendak dilakukan. Akeakamai diajari bahasa isyarat dengan urutan kata yang tidak sama dengan urutan tugas. Sementara Phoenix secara teori bisa merespons kata demi kata, Akeakamai baru bisa menafsirkan perintah setelah melihat seluruh rangkaian isyarat. Kedua lumba-lumba yang berenang di kolam penuh bermacam benda itu dapat melaksanakan instruksi dengan benar lebih dari 80 persen.

Dalam pandangannya, bahasa yang diajarkan membuat Phoenix dan Akeakamai dapat memperlihatkan kemampuan kognitif luar biasa yang dimiliki oleh semua lumba-lumba hidung botol—dan mungkin spesies lumba-lumba lain—dengan cara yang mungkin tidak akan pernah terlihat di alam bebas. Kalau begitu, adakah bentuk asli komunikasi lumba-lumba yang dapat ditangkap dan akhirnya dimengerti oleh manusia?

Ternyata ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa setidaknya satu jenis suara lumba-lumba, yang banyak diteliti selama dekade terakhir, yang memang memiliki makna. Lumba-lumba menggunakan “siulan pengenal” khas untuk saling mengenali dan memanggil. Setiap lumba-lumba diduga menciptakan nama unik untuk dirinya sendiri saat masih kecil dan tidak berubah seumur hidupnya. Lumba-lumba saling menyapa di laut dengan membunyikan siulan pengenalnya dan sepertinya masih mengingat siulan pengenal yang pernah didengarnya sampai puluhan tahun setelahnya. Belum ada makhluk selain manusia yang diketahui memiliki nama khusus untuk individu.

!break!

Siulan pengenal hanyalah sebagian bunyi yang dikeluarkan lumba-lumba di dalam air. Mungkinkah dari berbagai bunyi lumba-lumba hanya itu satu-satunya yang memiliki arti? Mungkinkah lumba-lumba hanya memiliki nama untuk lumba-lumba lainnya dan tidak punya kata untuk benda lain di laut?

Denise Herzing, sang Jane Goodall bahari, menghabiskan tiga dekade terakhir untuk meneliti lebih dari 300 lumba-lumba totol Atlantik yang mencakup tiga generasi. Dia bekerja di lautan seluas 450 kilometer persegi di lepas pantai Bahama, dalam program lumba-lumba liar dalam air terpanjang di dunia.

Musim panas lalu saya ikut Herzing naik kapal penelitiannya, R.V. Stenella, saat ia bersiap-siap melakukan percobaan lapangan pertamanya menggunakan alat canggih baru yang diharapkannya suatu hari nanti dapat digunakan untuk komunikasi dua arah antara dia dengan lumba-lumba yang telah begitu lama ditelitinya—dan sekaligus mengungkap cara lumba-lumba berkomunikasi satu sama lain.