Melacak Jejak Gading

By , Senin, 31 Agustus 2015 | 15:11 WIB

Pendeta Ernest Sugule yang bertugas di desa tersebut bercerita bahwa banyak anak di keuskupannya pernah melihat anggota keluarga mereka dibunuh oleh Lord’s Resistance Army (LRA, Pasukan Perlawanan Tuhan), kelompok pemberontak Uganda yang dipimpin oleh Joseph Kony, salah seorang teroris Afrika yang paling diburu. Sugule adalah pendiri kelompok yang memberikan bantuan kepada korban kebiadaban pasukan Kony. “Saya bertemu dengan lebih dari seribu anak yang diculik,” katanya. “Ketika diculik, mereka masih sangat kecil dan dipaksa melakukan hal-hal yang mengerikan. Sebagian besar dari anak-anak itu sangat traumatis saat pulang ke rumah.”

Mereka mengalami mimpi buruk, ujar Sugule melanjutkan. Mereka sering dihantui pengalaman mengerikan itu. Keluarga mereka sendiri takut anak-anak yang mungkin saja membunuh mereka di malam hari. Semua ber­asumsi bahwa anak-anak perempuan telah diperkosa, sehingga sulit bagi mereka untuk menemukan suami. Penduduk desa terkadang mengejek anak-anak yang pulang dengan julukan sama yang digunakan untuk anak buah Kony: “LRA Tongo Tongo.” “LRA Tebas Tebas”—mengacu pada penggunaan parang yang sadis oleh para militan, ujar Sugule menjelaskan.

Kony memiliki misi menggulingkan pemerintah Uganda atas nama warga Acholi dari Uganda utara. Sejak 1980-an, anak buah Kony diduga telah menewaskan puluhan ribuan orang, menyayat bibir, telinga, dan payudara kaum wanita, memperkosa anak-anak dan perempuan. Mereka memotong kaki orang-orang yang tertangkap basah me­ngendarai sepeda, dan menculik anak laki-laki untuk dipaksa menjadi tentara bocah.

Pada 1994, Kony memimpin kelompok pem­­bunuhnya meninggalkan Uganda. Mula-mula dia ke Sudan. Pada saat itu Sudan utara dan selatan sedang terlibat perang saudara dan Kony menawarkan cara untuk mengacaukan daerah selatan kepada peme­rintah Sudan di Khartoum. Selama sepuluh tahun, Khartoum memasok makanan, obat-obatan, dan persenjataan, termasuk senapan otomatis, senapan antipesawat, roket granat, dan mortir kepadanya. Berkat upaya kelompok Invisible Children dan videonya, Kony 2012, Kony menjadi terkenal di dunia Barat. Departemen Luar Negeri AS menyebut Kony sebagai “teroris dunia paling berbahaya” pada 2008 dan Uni Afrika telah mencap LRA sebagai organisasi teroris.

Ketika Sudan utara dan selatan me­nandatangani perjanjian damai pada 2005, Kony kehilangan dukungan dari pemerintah Sudan. Pada Maret 2006, dia melarikan diri ke DRC dan mendirikan markasnya di Taman Nasional Garamba, yang saat itu dihuni oleh sekitar 4.000 ekor gajah. Dari Garamba, Kony mengisyaratkan keinginannya untuk berdamai dengan Uganda. Sementara dia dan anak buahnya tinggal tanpa gangguan di dalam dan di sekitar taman. Kony mengundang pers asing ke markasnya. Anak buah­nya menyeberang ke CAR dan di situ mereka menculik ratusan anak kecil dan menjadikan kaum wanita sebagai budak seks.

Pendeta Sugule memperkenalkan saya dengan tiga gadis muda, korban penculikan LRA terbaru. Geli Oh, 16, menghabiskan dua setengah tahun yang mengerikan dengan pasukan Kony. Dia melihat banyak gajah di Taman Nasional Garamba. “Mereka mengatakan, semakin banyak gajah yang mereka bunuh, semakin banyak gading yang mereka dapatkan.”

Kekuatan pasukan Kony telah berkurang, dari puncaknya sebanyak 2.700 orang pada 1999 menjadi hanya sekitar 150 sampai 250 tentara inti. Pembunuhan warga sipil juga telah berkurang, dari 1.252 orang pada 2009 hingga hanya 13 orang pada 2014, tetapi aktivitas penculikan meningkat kembali. Di sejumlah desa, saya bertemu dengan sejumlah korban Kony yang menceritakan mereka diberi makan daging gajah dan bagaimana, setelah gajah dibunuh, pasukan militan itu mengambil gadingnya.

Namun, dibawa ke mana?

!break!

Pemecahan Masalah

Untuk mengikuti gading palsu saya dari hutan ke tujuan akhirnya, saya membutuhkan alat pelacak yang mampu memancarkan lokasinya, di mana pun gading itu berada.

Alat itu harus tahan lama dan cukup kecil untuk dimasukkan ke dalam rongga di dalam blok resin dan timah yang menjadi bahan dasar gading. Quintin Kermeen, 51, tinggal di California, memiliki pengalaman.Kermeen membuat kerah dan pelacak elektronik untuk satwa liar, mulai dari beruang Andes (Tremarctos ornatus) hingga burung kondor California (Gymnogyps californianus) sampai Setan Tasmania (Sarcophilus harrisii). Kami berkenalan melalui Skype.

“Anda pasti benar-benar penyayang binatang,” kata saya.