Menyangga Kawasan Konservasi

By , Rabu, 20 April 2016 | 17:11 WIB

Merawat dan memupuk modal sosial bagi pelestarian di desa-desa penyangga. Intervensi usaha alternatif untuk menggeser ketergantungan masyarakat pada kawasan konservasi.

Malam mengendap di Cihanjawar. Desa yang bertengger di lembah dan punggung perbukitan ini diselimuti hawa dingin. Dari lahan persawahan, suara jengkerik memecah keheningan malam. Pegunungan yang membentuk Cagar Alam Gunung Burangrang membayang lamur di batas desa.

Di saung mungil milik kepala desa, malam itu, Iis Rohati dan Taufik Faturohman menuntaskan malam.Tawa lantang Iis menyela kesunyian. Perempuan berjilbab ini berwajah tirus, suaranya serak, tawanya lepas. Dua batu mulia menghiasi jari-jemarinya.

“Kami biasa ngecamp di rumah milik Pak Lurah ini,” tutur Iis. “Kami biasa silahturahmi di tiga desa, Cihanjawar, Pasanggrahan dan Kasambang. Kalau kita saling kenal dan akrab, tidak susah untuk makan. Ada saja yang menolong dan membantu.”

Iis dan Taufik adalah dua fasilitator Komponen 4 Citarum Watershed Management and Biodiversity Conservation (CWMBC). Iis yang dari Subang mendampingi Desa Cihanjawar; sementara Taufik yang dari Bandung mendampingi Desa Pasanggrahan.

Sebagai fasilitator Komponen 4, yang mengarusutamakan keanekaragaman hayati di lanskap produksi, Iis dan Taufik punya banyak tugas: membuat laporan, memantau, bekerjasama dengan para pihak, memastikan pekerjaan rampung.Intinya, kata Iis,mendampingi dan memfasilitasi program Model Desa Konservasi.

Cihanjawar dan Pasanggrahan hanya dua desa yang menjadi Model Desa Konservasi di sekitar kawasan konservasi dalam program CWMBC. Dari tujuh kawasan konservasi di hulu Daerah Aliran Sungai Citarum, ada 12Model Desa Konservasi. Setiap desa didampingi seorang fasilitator, dengan tugas persis seperti yang diemban Iis dan Taufik.

Model Desa Konservasi adalah desa percontohan bagi desa lain dalam pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan konservasi.Tujuannya: membangun wilayahsekitar kawasan konservasi yang berwawasan lingkungan danmendukung konservasi kekayaan hayati.

Upaya konservasi di lanskap produksi mewujud dalam beberapa kegiatan. Aktivitasnya berupapengembangan Model Desa Konservasi; rehabilitasi di lanskap produksi; mendorong usaha alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan sembari mengurangi tekanan terhadap kawasan konservasi; dan kampanye penyadaranuntuk mendukung pengelolaan DAS Citarum yang lestari.

Salah satu tujuan yang hendak dicapai adalah memfungsikan lembaga lokal, sehingga dapat meningkatkan kapasitas masyarakat agar tak bergantung pada kawasan konservasi. Pada saat yang sama, Model Desa Konservasijuga untuk menciptakan dampak positif bagi kelestarian kawasan konservasi.

Dalam konteks itulah Komponen 4 coba mengenali kawasan yang bisa dijadikan pintu masuk dalam mengarusutamakan konservasi keanekaragaman hayati kepada para pihak.Dengan demikian, pengembangan Model Desa Konservasi mesti melibatkan pihak-pihak yang berperan dalam pengelolaan lanskap produksi dan kawasan konservasi.

Lantas, dibentuklah 12 Model Desa Konservasi. Di sekitar Cagar Alam Gunung Burangrang, selain Desa Cihanjawar dan Desa Pasanggrahan, Kecamatan Bojong, MDK juga dibangun di Desa Sakambang, Kecamatan Wanayasa. Ketiga desa tersebut berada di Kabupaten Purwakarta.

Sementara itu, di seputar Cagar Alam Gunung Tilu, Model Desa Konservasidibangun diDesa Sukaluyu dan Desa Margamulya, Kecamatan Pangalengan, lalu diDesa Mekarsari dan Desa Sugih Mukti,Kecamatan Pasir Jambu. Keempat desa itu berada di Kabupaten Bandung.