Selidik Rijsttafel, Sajian Bersantap Kelas Atas di Hindia Belanda

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Rabu, 18 Agustus 2021 | 09:00 WIB
Rijsttafel yang dihadiri F. van Mourik, 1921 di Mojokerto. Rijsttafel menjadi makanan kelas atas pada masa Hindia Belanda yang mencampurkan beragam budaya. (KITLV)

Baca Juga: Rijsttafel: Gaya Hidup yang Menjadi Nilai Jual Pariwisata Kolonial

Makanan

"Kalau kita runut, rijsttafel ini adalah istilah yang biasa digunakan untuk orang Belanda menyebut kebiasaan orang-orang Jawa yang menu sehari-harinya nasi, hidangan sayur, dan lauk pauk," papar Fadly Rahman saat dihubungi National Geographic Indonesia, Senin (16/08/2021).

"Disadari atau tidak, sebenarnya apa yang sekarang kita lakukan adalah implementasi dari rijsttafel yang disesuaikan."

Masyarakat di Jawa umumnya menggunakan sayur-sayur lodeh, sayur asem, dan jenis sayur bening lainnya. Sedangkan lauk biasanya menggunakan ikan asin, dan ikan bakar.

Karena maraknya perkebunan di Pulau Jawa yang harus diurusi pemerintahan Belanda pada 1840-an, rijsttafel muncul untuk mencoba makanan lokal dan Tionghoa. Sedang pada masa pembaratan, rijsttafel makin memiliki ciri khas ketika hidangan bercampur dengan sajian Eropa.

Kuliner Barat yang meresap dalam sajian rijsttafel antara lain frikadel (perkedel), sayur sup, huzarensla, zwartzuur (ayam suwar-suwir), indische pastei (pastel tutup), semur, dan masih banyak lagi. Meski bernuansa Belanda, beberapa makanan tersebut mengalami penyesuaian bahan dengan rempah lokal.

Baca Juga: "Rijsttafel" di Rumah Tuan Brandenburg

Perkedel awalnya adalah makanan Belanda. Ketika konsep rijsttafel muncul, penyesuaian terjadi menggunakan bahan hingga istilah lokal . (Christantiowati)

Beberapa makanan Tionghoa juga dicampurkan dalam pilihan menu, seperti capcay, fuyunghai, kwetiau, sate babi, dan ifumie. Selain itu juga memasukkan hidangan Arab dan India seperti kari yang disesuaikan dengan bahan misoa, bawang putih, bawang merah, jahe, kemiri, kunyit, gula, ketumbar, jintan, serai, salam, daun jeruk, dan santan kelapa.

Selain makanan Jawa, lauk seperti dendeng dan rendang khas Sumatera Barat juga digunakan. Rijsttafel juga mempengaruhi pada kebiasaan masakan Minangkabau kini, dimana pramusaji membawakan lauk sedemikian rupa untuk diletakkan di meja.

"Etnik yang paling banyak diadopsi praktik orang Jawa dan Minang. Jadi tidak heran kalau di rijsttafel menu-menu khas selain Jawa, menu khas Minang diadaptasi. Itu juga karena kedekatan elit-elit Minang dengan orang Belanda memunculkan transformasi konsep di kalangan Minang yang bermunculan warung-warungnya," Fadly menerangkan.

"Orang-orang Minang ini menyebar dan berdiaspora, jadi identiknya sekarang orang Minang di luar Sumatera membuka restoran, ya berhubungan dengan kebiasaan merantau."