Nationalgeographic.co.id – Sejak kamera disematkan pada ponsel pintar atau smartphone, anggapan bahwa fotografi hanya bisa dilakukan dengan menggunakan kamera profesional sudah tidak relevan lagi.
Kini, dengan adanya fotografi ponsel (smartphone photography), siapa saja bisa menjadi fotografer andal. Terlebih, fitur-fitur pada kamera smartphone masa kini sudah semakin canggih dan beragam sehingga hasil jepretan tampak apik layaknya foto yang diambil dengan kamera profesional.
Bagi pejalan yang hobi mengeksplorasi destinasi wisata menarik, smartphone photography juga dapat menjadi andalan untuk merekam dan mengabadikan setiap momen di perjalanan dengan cepat dan praktis.
Hal itulah yang dirasakan oleh Didi Kaspi Kasim, Editor in Chief National Geographic Indonesia, ketika berkunjung ke kawasan wisata Kawah Putih Ciwidey, Jawa Barat, dalam program Nawa Cahaya: Capture the Unique Lights in Indonesia.
Baca Juga: Mengintip Perjalanan Menangkap Api Abadi di Kayangan Api Bojonegoro
Berbekal smartphone realme 9 Pro+, Didi berhasil mengabadikan keindahan Kawah Putih Ciwidey sebelum momen matahari terbit (sunrise) tiba. Ia pun mengaku cukup puas dengan pengalaman mencoba smartphone photography menggunakan smartphone tersebut.
“Smartphone photography telah menciptakan kedekatan kita dengan obyek, entah itu alam atau manusia. Rasanya, tembok atau barrier yang menghalangi kita dengan obyek menghilang dengan hadirnya smartphone photography,” ungkap Didi saat berbincang dengan tim National Geographic Indonesia, Rabu (2/3/2022).
Sebagai informasi, Kawah Putih Ciwidey yang dikunjungi oleh Didi berlokasi di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung.
Bagi masyarakat yang tinggal di area Bandung, Jabodetabek, dan sekitarnya, kawasan wisata Kawah Putih Ciwidey mungkin sudah tidak asing lagi di telinga. Bahkan, kawah tersebut juga kerap disebut dalam daftar rekomendasi wisata populer di Jawa Barat.
Baca Juga: Mengabadikan Pendar Senja di Air Terjun Toroan
Meski bukan termasuk destinasi wisata baru, daya tarik Kawah Putih Ciwidey tidak pernah luntur. Pemandangan kawah berwarna putih kehijauan dengan kabut yang mengepul di atasnya, serta pepohonan rindang di sekeliling kawah, menjadikan tempat ini seperti surga tersembunyi yang terpisah dari wilayah sekitarnya.
Keindahan Kawah Putih Ciwidey dapat dinikmati kapan saja. Namun, Didi menuturkan, apabila ingin mengabadikan pemandangan kawah yang lebih memukau, pagi hari sebelum sunrise dapat menjadi momen yang tepat.
“Sebenarnya bisa saja kita memotret siang hari, tapi kan jadi datar saja. Tidak ada permainan cahaya dan warna-warna natural yang bisa ditangkap (kamera). Nah, kalau pagi hari, kita bisa memadukan pemandangan kabut di antara bukit dan kawah. Itu menarik banget,” papar Didi.
Untuk mendapatkan hasil jepretan terbaik, Didi pun mengambil spot di puncak Bukit Patuha. Jalan menuju Bukit Patuha dapat ditemukan melalui pintu masuk Bumi Perkemahan Apache.
Baca Juga: Menyambut Sunset di Pulau Weh, Surga Kecil di Ujung Barat Nusantara
Dari puncak bukit tersebut, wisatawan dapat menemukan pemandangan Kawah Putih Ciwidey sekaligus permukiman warga yang "bersembunyi" di balik dataran tinggi. Tidak heran apabila bukit ini juga sering dijadikan spot berfoto bagi para wisatawan.
"Kalau misalnya ambil foto dari pinggir Kawa Putih Ciwidey langsung, menarik sih. Hanya saja, kita enggak bisa bertahan lama di sana karena situasinya kurang menyenangkan, yaitu ada bau belerang yang menyengat," jelas Didi.
Sementara itu, untuk mengoptimalkan pengambilan gambar, Didi mengaku tidak banyak melakukan penyesuaian pada smartphone realme 9 Pro+ yang ia gunakan untuk memotret.
Adapun fitur yang digunakan adalah Night Mode dengan posisi kamera landscape. Didi juga mengatur titik fokus agar obyek yang ditangkap lebih tajam. Selain itu, ia menggunakan tripod agar pengambilan gambar lebih stabil.
"Saya pikir enggak butuh banyak waktu untuk adjust dengan fitur-fitur kamera yang ada di realme 9 Pro+ ini. Karena, selain penggunaannya sangat mudah, bisa menambah edit value pada hasil fotografi," kata Didi.
Menurut dia, kamera dari realme 9 Pro+ cukup mumpuni untuk smartphone photography, termasuk untuk memotret dalam kondisi cahaya temaram (low-light). Dibekali sensor kamera flagship Sony IMX766, smartphone ini mampu menghasilkan gambar yang tajam dan detail.
Pentingnya persiapan
Selama menyusuri kawasan Kawah Putih Ciwidey, Didi tidak sendirian. Ia ditemani oleh seorang aktor sekaligus travel influencer, Ramon Yusuf Tungka.
Dalam kesempatan yang sama, Ramon menceritakan pengalamannya menjajal smartphone photography bersama realme 9 Pro+.
"Dari sudut pandang saya sebagai seorang pejalan, (smartphone) sangat membantu karena ringkas, ringan, dan agile. Dalam artian, smartphone ini bisa dibawa ke mana pun tanpa perlu mengusung semua perlengkapan fotografi," papar Ramon.
Baca Juga: Merekam Kemegahan Matahari Terbit dari Balik Danau Kelimutu
Meski demikian, Ramon menekankan bahwa ada beberapa bekal atau persiapan yang sebaiknya dilakukan oleh pejalan sebelum hunting foto dengan menerapkan smartphone photography.
Salah satunya adalah mengobservasi tempat tujuan. Dengan mengenali rute dan medan yang akan dilewati, menurut Ramon, pejalan dapat mencegah risiko-risiko yang akan membahayakan keselamatannya.
“Contohnya, kalau kita ingin ke Ciwidey, kita harus observasi dulu Ciwidey itu seperti apa. Ternyata di sana cuacanya dingin, maka kita bawa perlengkapan, seperti jaket, raincoat, atau rain cover,” tutur Ramon.
Selain mengobservasi tempat tujuan, penting juga untuk menjaga etika dan unggah-ungguh di lokasi pengambilan foto. When in Rome, ujarnya mengutip adagium klasik, do as the Romans do.
Baca Juga: Menangkap Pesona Danau Semayang di Kala Langit Temaram
“Ketika memotret, terutama apabila berkaitan dengan aktivitas manusia dan human interest, seringkali orang melupakan etika atau unggah-ungguh. Artinya, sebelum memotret seseorang, kita minta izin terlebih dahulu, boleh atau tidak?” ucap Ramon.
Sebagai informasi, perjalanan Didi dan Ramon di kawasan Kawah Putih Ciwidey merupakan bagian dari program Nawa Cahaya: Capture The Unique Lights in Indonesia yang digelar oleh realme Indonesia dan National Geographic Indonesia.
Melalui program tersebut, delapan fotografer profesional ditantang untuk mengabadikan keindahan destinasi alam di Indonesia dengan teknik low light smartphone photography menggunakan smartphone realme 9 Pro+.
Sebagai inspirasi, Anda dapat melihat karya smartphone photography dari delapan fotografer tersebut melalui laman https://bit.ly/realme9lights.
Baca Juga: Hanya Berbekal Smartphone, Keindahan Gua Berlian Dapat Diabadikan
Abadikan pesona Indonesia lewat smartphone photography
Realme Indonesia dan National Geographic Indonesia juga menyelenggarakan sebuah kompetisi foto bertajuk Nawa Cahaya Photo Competition.
Melalui kompetisi tersebut, masyarakat diajak untuk mengabadikan pesona destinasi wisata di Indonesia dengan teknik low-light smartphone photography.
Nawa Cahaya Photo Competition telah dibuka sejak Jumat (11/2/2022) dan akan ditutup pada Jumat (11/3/2022).
Untuk mengikuti kompetisi tersebut, Anda dapat mengunggah hasil jepretan foto melalui Instagram pribadi. Kemudian, cantumkan judul, keterangan (caption), lokasi, dan tanggal pengambilan foto.
Pada akhir caption, bubuhkan tagar #NawaCahaya, #NatGeoIndonesia, dan #realmeIndonesia. Anda juga wajib follow dan tag akun Instagram @natgeoindonesia dan @realmeindonesia.
Dari seluruh karya foto yang diunggah, juri akan memilih 5 foto terbaik untuk ditetapkan sebagai juara.
Untuk memperoleh informasi selengkapnya mengenai Nawa Cahaya Photo Competition, Anda dapat mengikuti akun Instagram @natgeoindonesia dan @realmeindonesia.