Nationalgeographic.co.id—Dalam labirin kekuasaan kuno, Domitian, Kaisar Romawi yang berkuasa, mengalami kejatuhan yang memalukan, sebuah akhir yang bertentangan dengan klaimnya sebagai dewa.
Penguasa yang pernah dihormati dan ditakuti ini, menemukan nasibnya ditentukan bukan oleh keilahian, melainkan oleh tangan-tangan manusia yang penuh dengan pengkhianatan. Kematian yang memalukan itu tidak hanya mengakhiri hidupnya tetapi juga menandai akhir dari era kekuasaan yang penuh dengan ketakutan dan kesombongan.
Perjalanan dari puncak kekuasaan hingga kehancuran yang mendalam ini adalah cerita yang mengingatkan kita akan kefanaan dan kesia-siaan ambisi manusia.
Dalam artikel yang akan Anda baca, kisah Domitian akan terungkap, memberikan pelajaran sejarah yang tak terlupakan tentang kehidupan seorang Kaisar Romawi yang klaim keilahiannya tidak dapat menyelamatkannya dari akhir yang tragis.
Kehidupan Awal Domitian
Titus Flavius Domitianus, atau yang lebih dikenal dengan Domitian, dilahirkan pada tanggal 24 Oktober 51 Masehi di sebuah jalan yang bernama Jalan Delima, terletak di distrik keenam kota Roma.
Ia adalah anak bungsu dari Vespasian, seperti dilansir dari Encyclopedia Britannica, yang kelak menjadi kaisar (berkuasa dari tahun 64 hingga 79 Masehi). Ibunya, Flavia Domitilla Major, meninggal dunia ketika Domitian masih berada di usia muda.
Berbeda dengan kakaknya, Titus, Domitian tidak mendapatkan kesempatan untuk menikmati pendidikan yang layak bagi seorang bangsawan, meskipun banyak yang menilai bahwa ia adalah sosok yang cerdas. Suetonius, seorang sejarawan, mencatat bahwa masa muda Domitian dihabiskan dalam kondisi yang tidak menguntungkan dan penuh dengan kemiskinan.
Pada bulan Desember tahun 69 Masehi, ketika Vespasian sedang berjuang di provinsi-provinsi timur untuk merebut tahta dari Kaisar Vitellius, Domitian terjebak di tengah kepungan pasukan Vitellius di Roma. Ia sempat bersembunyi di sebuah kuil yang kemudian terbakar, namun berhasil lolos dan melarikan diri bersama seorang teman, menyeberangi Sungai Tiber menuju tempat yang aman.
Setelah pasukan Flavian berhasil memasuki dan menguasai kota Roma, Domitian kembali dan untuk sementara waktu menjadi wakil dari keluarga Flavian. Ia bahkan sempat disambut oleh warga Roma sebagai "caesar". Namun, kebanyakan keputusan administratif tetap diserahkan kepada pihak lain.
Ketika Vespasian akhirnya kembali ke Roma pada bulan Oktober tahun 70 Masehi dan diakui sebagai kaisar yang baru, Domitian diberikan berbagai gelar dan kehormatan, namun ia tidak pernah benar-benar mencari atau diberikan tanggung jawab yang signifikan, baik oleh ayahnya maupun oleh kakaknya. Hal ini menjadi persiapan yang kurang memadai bagi Domitian untuk menjadi seorang kaisar di masa depan.
Baca Juga: Julia Berenice I, Ratu Yahudi yang Urung Jadi Permaisuri Romawi karena Agama