Dijuluki Paus Pembunuh, Apakah Paus Orca Berbahaya dan Memakan Manusia?

By Ade S, Senin, 3 Juni 2024 | 08:03 WIB
Seekor anak orca berenang bersama dua orang dewasa saat memberi makan ikan haring. Temukan fakta tentang paus orca, sering disebut paus pembunuh, dan realitas di balik perilaku mereka dalam menyerang atau memakan manusia. (BRIAN J. SKERRY)

Nationalgeographic.co.id—Makhluk megah yang berenang di kedalaman lautan, paus orca, sering kali mendapat julukan paus pembunuh. Hal ini dipicu oleh penampilan dan perilakunya yang menakutkan.

Namun apakah benar mereka memiliki kecenderungan untuk menyerang atau memakan manusia?

Artikel ini akan membawa Anda melalui perjalanan penemuan, memisahkan fakta dari fiksi. Selain itu, artikel ini akan memberikan pandangan yang lebih mendalam tentang perilaku sebenarnya dari paus orca.

Sang Raja Laut yang Ikonik

Orca, yang juga dikenal sebagai paus pembunuh, adalah mamalia terbesar dalam keluarga lumba-lumba dan termasyhur sebagai predator yang sangat efektif. Dengan balutan warna hitam dan putih yang khas, orca menonjol di lautan.

Mereka memiliki kecerdasan tinggi dan sifat sosial yang kuat, seperti dilansir dari National Geographic, ditandai dengan kemampuan menghasilkan suara komunikatif yang beragam. Setiap pod memiliki dialek khas yang memungkinkan anggotanya untuk mengenali satu sama lain dari jarak jauh.

Orca menggunakan ekolokasi—mengirimkan suara yang bergerak melalui air untuk menemukan dan mengidentifikasi objek berdasarkan gema yang kembali—sebagai alat komunikasi dan berburu yang canggih.

Orca, yang berkelana dari perairan kutub yang beku hingga garis khatulistiwa yang hangat, menduduki posisi tertinggi dalam rantai makanan. Dengan diet yang mencakup segalanya dari ikan kecil hingga mamalia laut yang besar, mereka memamerkan gigi sepanjang empat inci yang mematikan.

Terkenal akan taktik berburu mereka yang cerdik, orca dapat menangkap anjing laut tepat dari permukaan es. Selain itu, mereka juga menikmati menu yang beragam termasuk cumi-cumi dan burung laut, menunjukkan adaptasi mereka yang luar biasa terhadap berbagai habitat dan sumber makanan.

Orca berburu dalam kelompok-kelompok yang terkoordinasi dengan baik, sering kali terdiri dari keluarga besar hingga 40 anggota. Ada pod yang menetap dan ada yang nomaden, masing-masing dengan preferensi mangsa dan strategi berburu yang berbeda.

Pod yang menetap umumnya memilih ikan sebagai mangsa utama, sementara pod nomaden lebih sering mengejar mamalia laut. Mereka semua berbagi taktik berburu yang sinergis dan efisien, sering dibandingkan dengan taktik berburu serigala.

Baca Juga: Dunia Hewan: Perkawinan Sedarah Menurunkan Populasi Lumba-Lumba Orca

Dalam hal pengasuhan, orca menunjukkan tingkat perlindungan yang tinggi terhadap anak-anak mereka. Remaja betina dalam pod sering membantu merawat bayi, menunjukkan sistem sosial yang erat dan kolaboratif di antara mereka.

Apakah Paus Orca Berbahaya dan Memakan Manusia?

Orca, yang sering disebut paus pembunuh, memiliki citra yang menakutkan namun sebenarnya bersikap lembut saat berinteraksi dengan manusia di habitat alami mereka. Namun, kondisi penangkaran sering kali menimbulkan cerita yang berbeda.

Pada suatu ekspedisi ke Antartika yang tidak berhasil, Kapten Robert Falcon Scott menyaksikan peristiwa yang menegangkan pada 5 Januari 1911. Herbert Ponting, fotografer ekspedisi, hampir menjadi korban ketika sekelompok orca menggoyang bongkahan es tempat ia dan anjing-anjing ekspedisi berada untuk menarik perhatian mereka.

Melansir Live Science, Scott mencatat dalam hariannya, "Es di bawah kami dan anjing-anjing itu tiba-tiba terangkat dan hancur." Dia mendengar suara keras saat orca muncul dari bawah dan menabrak es dengan punggung mereka.

Ponting dan anjing-anjing itu selamat, tetapi insiden ini menambah reputasi menyeramkan orca. Lebih dari seabad kemudian, reputasi ini masih bertahan, diperkuat oleh laporan orca yang menenggelamkan perahu di Eropa dan menyerang kapal hingga ke Skotlandia. Namun, serangan orca terhadap manusia di alam liar sebenarnya sangat jarang terjadi.

Meskipun orca dikenal sebagai predator laut yang tangguh, mereka jarang menyerang manusia di alam liar. Sebaliknya, beberapa insiden serius telah terjadi dalam penangkaran. Erich Hoyt, peneliti di Whale and Dolphin Conservation, mengatakan bahwa orca mungkin menganggap Ponting dan anjing-anjing itu sebagai anjing laut.

Hoyt menjelaskan, "Orca dikenal menggoyang es untuk menjatuhkan anjing laut dan memecah es dari bawah." Dia percaya bahwa perilaku ini adalah insting berburu, bukan niat untuk berburu manusia.

Selama berabad-abad, orca telah berinteraksi dengan manusia di lautan, dan meskipun ada insiden seperti yang dialami Ponting, hanya ada satu kasus terdokumentasi di mana orca membunuh manusia. Kejadian itu terjadi pada 1950-an di Arktik Kanada, di mana seorang pemuda Inuit dilaporkan dimakan oleh orca yang terjebak di es laut.

Hoyt skeptis terhadap cerita ini, menganggap lebih mungkin bahwa pria itu meninggal karena jatuh ke air yang sangat dingin. "Saya ragu orca akan berburu manusia," ujarnya. "Mereka sangat selektif dalam makanan, hanya memakan apa yang telah diajarkan oleh kelompok mereka."

Orca liar kadang-kadang membunuh hewan lain sebagai latihan atau permainan, tetapi manusia tidak menjadi target mereka. Ada satu insiden di mana orca menggigit peselancar di California pada tahun 1972, tetapi segera melepaskannya, menunjukkan bahwa itu mungkin kesalahan identitas.

Baca Juga: Porphyrios, Kisah Paus yang Meneror Pelaut di Kekaisaran Bizantium

Namun, dalam penangkaran, orca justru telah terlibat dalam banyak insiden kekerasan. Tilikum, orca yang terkenal, terlibat dalam kematian tiga orang, termasuk pelatih SeaWorld Dawn Brancheau pada tahun 2010.

Penyebab pasti perilaku agresif orca dalam penangkaran tidak diketahui, tetapi Hoyt menyarankan bahwa lingkungan penangkaran yang tidak alami dapat menyebabkan stres dan kebosanan ekstrem. "Mengejutkan betapa hati-hati orca dalam interaksi mereka, baik di alam liar maupun penangkaran," kata Hoyt. "Tanpa perawatan yang tepat, mereka bisa secara tidak sengaja membunuh manusia."

Dengan demikian, meskipun orca memiliki reputasi yang menakutkan, mereka tidak secara alami menyerang manusia dan insiden dalam penangkaran lebih mencerminkan batasan lingkungan buatan daripada perilaku alami mereka.

Hilangnya Hiu Paus di Gorontalo Akibat Paus Orca

Sebelumnya ramai dibicarakan tentang hilangnya hiu paus di tempat wisata khusus hiu paus yang berlokasi di Desa Botubarani, Kabila Bone, wilayah Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Padahal, keberadaannya sempat menjadi perbincangan saat beberapa selebritas mengunggah foto bersama makhluk laut raksasa tersebut.

Aryanto Husain, selaku Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo, memastikan bahwa hiu paus memang telah menghilang dari Obyek Wisata Hiu Paus di Desa Botubarani sejak tanggal 24 Mei 2024. “Iya, terhitung kurang lebih sejak hari ini, sudah 7 hari menghilang,” ucapnya seperti dlansir dari Kompas.com.

Aryanto mengungkapkan bahwa hilangnya hiu paus di Gorontalo disebabkan oleh kemunculan paus orca di Pantai Botubarani pada tanggal 24 Mei 2024. “Paus orca sifatnya karnivora dan niche atau relungnya sama dengan hiu paus. Dan ini menjadi ancaman bagi hiu paus karena orca bisa menyerang hiu paus,” terang Aryanto.

Karena merasa terancam, hiu paus pun memilih untuk menghindar dan tidak terlihat lagi di perairan Pantai Botubarani. Aryanto menambahkan bahwa kehadiran paus orca di perairan Gorontalo adalah fenomena tahunan. “Pantai selatan menjadi lintasan migrasi orca setiap tahunnya dan kejadian ini sudah biasa terjadi,” katanya.

Meskipun dikenal sebagai paus pembunuh, perilaku paus orca di alam liar menunjukkan bahwa mereka jarang menyerang atau memakan manusia. Kita dapat menghargai keindahan dan kekuatan makhluk ini tanpa rasa takut yang tidak berdasar.