Perang Enam Hari, Bentrok Israel-Arab di Sejarah Timur Tengah

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 9 Juni 2024 | 11:00 WIB
Pasukan-pasukan pengintai Israel melawan Arab di Perang Enam Hari sejarah Timur Tengah. (Wikimedia Commons)

Pada pertengahan tahun 1960-an, dengan adanya dinamika Perang Dingin, Amerika Serikat dan Uni Soviet sangat terlibat di kawasan ini, memasok senjata dan memberikan dukungan politik kepada sekutu mereka masing-masing.

Percikan perang dimulai pada bulan Mei 1967. Pasukan Mesir mulai berkumpul di Semenanjung Sinai sekitar tanggal 15 Mei, yang menandakan adanya potensi inisiatif militer.

Tindakan ini diikuti dengan penutupan Selat Tiran bagi pelayaran Israel pada tanggal 22 Mei, yang merupakan tantangan langsung terhadap Israel, yang sebelumnya telah menyatakan tindakan tersebut sebagai penyebab perang.

Pakta pertahanan yang ditandatangani antara Mesir, Yordania, dan Irak semakin meningkatkan kesan konflik yang akan terjadi.

Suriah, yang sudah lama berselisih soal perbatasan dengan Israel juga bersiap menghadapi perang.

Ketika upaya diplomasi gagal, dan kawasan ini menjadi gudang kekuatan militer dan semangat nasionalis, pecahnya permusuhan menjadi hampir tak terelakkan.

Siapakah Kekuatan Penting dalam Perang Enam Hari?

Pasukan Israel di Semenanjung Sinai yang bersiaga bila terjadinya pertempuran dari Mesir. Setelah Perang Enam Hari, Israel menguasai Semenanjung Sinai, membuat Mesir berambisi mendapatkannya kembali dalam Perang Yom Kippur. (Avi Simchoni/Israel Defense Forces)

Israel memasuki konflik dengan perasaan ancaman yang nyata. Negara muda yang didirikan pada tahun 1948 ini telah menghadapi permusuhan dari negara-negara tetangganya sejak awal berdirinya.

Pada tahun 1967, Israel telah mengembangkan militer yang tangguh, dengan doktrin yang menekankan mobilisasi cepat dan serangan pendahuluan.

Yang memimpin Israel pada masa kritis ini adalah Perdana Menteri Levi Eshkol. Meskipun Menteri Pertahanan, Moshe Dayan, dan Kepala Staf, Yitzhak Rabin, yang memainkan peran penting dalam keputusan militer dan operasi perang.

Baca Juga: Hasilkan Emisi Karbon Besar, Perang Gaza Jadi Ancaman Perubahan Iklim