Bagaimana Serangan Israel ke Gaza Buat Lingkungan Semakin Menderita?

By Ade S, Minggu, 14 Juli 2024 | 14:03 WIB
Sebuah penelitian mengungkapkan betapa buruknya dampak serangan Israel ke Gaza terhadap lingkungan dari sisi emisi karbon. (Unknown)

Penggunaan generator diesel telah menciptakan perkiraan emisi sekitar 19.440 hingga 58.320 ton setara CO2.

Rekonstruksi berat yang diperlukan untuk membangun kembali Gaza setelah perang berakhir juga akan menciptakan emisi jangka panjang, menurut penelitian ini.

Diperkirakan emisi ini akan mencapai sekitar 46,8 hingga 60 juta ton setara CO2, yang setara dengan emisi tahunan dari lebih dari 135 negara.

Pada bulan Januari, analisis menunjukkan bahwa 50 hingga 61 persen bangunan di Gaza telah hancur, setara dengan sekitar 156.000 hingga 200.000 bangunan rusak atau hancur.

Emisi karbon dalam di Ukraina

Kekhawatiran tentang emisi karbon yang dihasilkan dalam perang juga mencuat dalam serangan Rusia ke Ukraina. Sekelompok ahli iklim menyebutkan bahwa dalam dua tahun pertama perang tersebut, terdapat 175 ton emisi gas rumah kaca yang dihasilkan.

Lebih jauh, para ahli juga mengungkapkan bagaimana emisi tersebut telah membuat dunia mengalami kerugian sebesar AS$32 miliar akibat cuaca ekstrem.

Angka tersebut selanjutnya digunakan oleh Ukraina untuk menambahkan biaya terkait iklim ini ke daftar kerusakan yang menjadi tanggung jawab Rusia, dan untuk itu akan menuntut kompensasi.

“Ini akan menjadi bagian penting dalam kasus ganti rugi yang kami bangun terhadap Rusia,” kata Menteri Perlindungan Lingkungan dan Sumber Daya Alam Ukraina, Ruslan Strilets, seperti dilansir dari laman New Scientist.

“Luka-luka ini akan terjadi pada ekonomi dan masyarakat sebagai akibat dari dampak cuaca ekstrem akibat perubahan iklim, yang merupakan hasil dari emisi,” kata Lennard de Klerk, seorang pengusaha yang terlibat dalam usaha terkait iklim dan pendiri Inisiatif Akuntansi Gas Rumah Kaca Akibat Perang.

Kelompok tersebut baru saja merilis penilaian keempat mengenai dampak perang, yang mencakup periode Februari 2022 hingga Februari 2024.

Baca Juga: Hamas Klaim Temukan Makam dari Era Romawi di Kota Gaza, Palestina