Bagaimana Nasib Kota Abadi Roma setelah Kejatuhan Kekaisaran Romawi?

By Sysilia Tanhati, Jumat, 20 September 2024 | 08:00 WIB
Pernah menjadi ibu kota Kekaisaran Romawi, Roma dijuluki sebagai Kota Abadi. Bagaimana nasibnya setelah Romawi jatuh? ( Wolfgang Moroder/CC BY-SA 3.0)

Theodoric bahkan melaksanakan beberapa proyek restorasi di kota tersebut. Ia mengizinkan orang Romawi untuk memiliki pemerintahan sendiri dalam tingkat tertentu.

Dalam memimpin, Theodoric mempekerjakan banyak orang Romawi di posisi-posisi tinggi. Hal ini mendorong kerja sama antara para penguasa Gotik dan elite Romawi kuno, sehingga mengurangi risiko pemberontakan.  

Meskipun demikian, tidak semua kehidupan di Kota Roma berjalan mulus. Hilangnya statusnya sebagai ibu kota Kekaisaran Romawi menyebabkan penurunan populasi yang parah.

Pada akhir abad ke-5 M, populasinya turun menjadi hanya 100.000 jiwa. “Ketika Kekaisaran Romawi berada di masa keemasannya, jumlah penduduk Roma mencapai 1.000.000 jiwa,” tambah Mitchell.

Tentu saja, perubahan demografi ini menyebabkan dampak besar pada infrastruktur, ekonomi, dan tatanan sosial kota tersebut.

Pengaruh Kekaisaran Bizantium dan perang Gotik

Periode stabilitas relatif di bawah kekuasaan Ostrogoth berakhir pada tahun 535 M. Saat itu Kaisar Bizantium, Justinian I, memutuskan untuk merebut kembali bekas Kekaisaran Romawi Barat. Pertempuran ini, yang berlangsung dari tahun 535 hingga 554 M, dikenal sebagai Perang Gotik.

Selama periode ini, Kota Roma berulang kali berpindah tangan antara pasukan Gotik dan Bizantium yang berbeda. Pergantian pertama terjadi pada tahun 536, ketika Jenderal Bizantium, Belisarius, berhasil merebut kota kuno tersebut. Kota itu tetap berada di bawah kendali Bizantium hingga tahun 546. Lalu Raja Gotik Totila datang dan merebutnya kembali.

Keberhasilan Totila sangat penting karena ia mengosongkan Kota Roma untuk sementara waktu. Tindakannya merupakan langkah strategis yang menyoroti betapa rentannya kota-kota besar selama periode konflik yang terus-menerus ini.

Periode konflik adalah masa yang sulit bagi Roma. Populasi kota, yang sudah menjadi sebagian kecil dari sebelumnya, anjlok hingga sekitar 30.000 jiwa. Sebagian besar arsitektur Romawi yang mengesankan, seperti saluran air dan bangunan umum kuno, rusak atau menjadi korban konflik. Pemandian Caracalla yang ikonis, simbol kehidupan sipil Romawi, berhenti beroperasi selama periode ini.

Perang berakhir pada tahun 554 M dengan kemenangan Bizantium. Roma berada di bawah kendali Romawi Timur dan diperintah oleh pejabat Bizantium yang disebut Adipati Roma.

Baca Juga: Benarkah Orang-orang Romawi Kuno Menyukai Tradisi Kekerasan?