Bagaimana Nasib Kota Abadi Roma setelah Kejatuhan Kekaisaran Romawi?

By Sysilia Tanhati, Jumat, 20 September 2024 | 08:00 WIB
Pernah menjadi ibu kota Kekaisaran Romawi, Roma dijuluki sebagai Kota Abadi. Bagaimana nasibnya setelah Romawi jatuh? ( Wolfgang Moroder/CC BY-SA 3.0)

Peningkatan kekuasaan ini secara mendasar mengubah hubungan Paus dengan para penguasa sekuler. Di satu sisi, Kepausan terus bergantung pada perlindungan luar dari orang-orang seperti Bizantium dan kemudian kaum Frank.

Di sisi lain, sekarang setelah memiliki wilayahnya sendiri, Kepausan perlu menegaskan kemerdekaannya. Kepausan juga harus mempertahankan otoritas spiritual atas mereka yang diminta bantuannya.

Roma di bawah ancaman Lombard

Pada akhir abad ke-8, Paus telah menjadi penguasa de facto Roma, tetapi itu bukanlah perjalanan yang mudah. ​​Salah satu batu sandungannya adalah kaum Lombard.

Bangsa Jermanik ini mulai mengeklaim Italia pada tahun 568 M. Bangsa ini merupakan duri dalam daging bagi Kekaisaran Bizantium dan Kepausan di Roma.

Bangsa Lombard mendirikan kerajaan mereka di Italia utara, dengan ibu kota di Pavia. Seiring berjalannya waktu, mereka memperluas pengaruh mereka ke selatan. Dan pada akhir abad ke-6, kadipaten-kadipaten Lombardi mengepung Roma.

Hal ini secara efektif mengisolasi kota tersebut dari wilayah-wilayah Italia lainnya milik Bizantium. Cukuplah untuk mengatakan bahwa hal ini bukanlah hal yang baik bagi Roma.

Pertahanan Roma telah melemah akibat konflik selama bertahun-tahun dan pengabaian. Benteng-benteng utama kota tersebut adalah Tembok Aurelian, yang dibangun pada abad ke-3 M.

Tembok-tembok ini sebagian besar dibiarkan hancur perlahan. Kehadiran militer Bizantium di kota tersebut kalah jumlah secara besar-besaran dibandingkan dengan ancaman bangsa Lombardi.

Pada tahun 593, Raja Agilulf dari bangsa Lombardi mengepung Roma. Pengepungan tersebut tidak berhasil, tetapi menunjukkan betapa rentannya kota tersebut.

Akibatnya, Paus Gregorius I terpaksa mengambil peran yang lebih aktif dalam pertahanan dan diplomasi kota tersebut. Ia bernegosiasi langsung dengan kaum Lombard, yang memberikan dukungan serius baginya dalam proses tersebut.

Menyadari bahwa Kepausan tidak dapat lagi hanya mengandalkan dukungan Bizantium, Paus meminta bantuan kaum Frank untuk melawan Lombard. Paus Stephen II meresmikan aliansi ini di Francia pada tahun 753–754 M. Aliansi ini menyebabkan Pepin si Pendek tidak hanya membantu melawan kaum Lombard tetapi juga memberikan hadiah berupa negara-negara bagian.