Seperti yang dikatakan ilmuwan Mary Beth Day kepada Live Science, “Angkor dapat menjadi contoh bahwa teknologi tak selalu cukup untuk mencegah keruntuhan peradaban selama masa-masa yang tak stabil.”
Angkor memiliki infrastruktur pengelolaan air yang sangat canggih, tetapi keberadaan teknologi ini tak cukup mencegah keruntuhan peradaban dalam menghadapi kondisi lingkungan yang ekstrim.!break!
Pemukim Viking, Greenland
Dulu Christoper Colombus sering dielu-elukan sebagai orang Eropa pertama yang “menemukan” Amerika Utara. Sekarang, diterima secara luas bahwa bangsa Viking dari Skandinavia telah mendahului Colombus lebih dari 500 tahun. Meskipun peradaban awal di ujung selatan Greenland berkembang selama bertahun-tahun, namun mereka mulai mengalami penurunan sekitar abad ke-14.
Para ilmuwan dan sejarawan memiliki beberapa teori tentang kemungkinan penyebab kemerosotan peradaban, yang mungkin berpangkal pada perubahan iklim.
Kedatangan bangsa Viking di Greenland bertempatan dengan periode pertengahan yang hangat, sekitar tahun 800-1200 Masehi. Selama masa ini, iklim Greenland yang biasanya amat dingin menjadi relatif hangat sehingga penduduknya bisa hidup dari bercocok tanam. Namun, ketika iklim Greenland kembali dingin dan menjadi ‘zaman es kecil’, pemukiman Viking mulai mengalami kemunduran. Pada pertengahan tahun 1500, semua pemukim Viking pindah untuk mencari daerah yang lebih hangat.
Peradaban Lembah Indus, Pakistan
Apa yang menyebabkan kehancuran peradaban mereka?
Dua abad kekeringan tanpa henti. Para ilmuwan sampai pada kesimpulan ini setelah mempelajari lapisan-lapisan sedimen danau kuno yang dikenal sebagai Kotla Dahar.
Dikutip dari Scientific American, “Kotla Dahar merupakan cekungan tertutup, hanya diisi oleh limpahan air hujan tanpa saluran keluar. Dengan demikian, hanya curah hujan dan penguapan yang menentukan volume air. Selama masa kering, isotop Oksigen-16, yang lebih ringan, menguap lebih cepat dibanding Oksigen-18, sehingga air yang tersisa di danau, menjadi kaya akan Oksigen-18.”
Baca Juga : Puluhan Jejak Reptil dari Ratusan Tahun Lalu Ditemukan di Grand Canyon
Rekonstruksi tim menunjukkan lonjakan jumlah Oksigen-18 antara 4.200 dan 4.000 tahun lalu. Hal ini menunjukan bahwa curah hujan menurun secara drastis selama waktu itu. Selain itu, data mereka juga menunjukkan bahwa musim hujan regular juga berhenti selama hampir 200 tahun.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR