Nationalgeographic.co.id - "Saya ingin membuka kursus motor, jadi anak-anak yang mau magang tidak perlu cari-cari sampai ke luar kota."
Kalimat itu terlontar di tengah-tengah percakapan kami saat mampir untuk mengisi angin di sebuah bengkel di pinggir jalan di Blora. Mengejutkan, walaupun sebenarnya tidak terlalu aneh terucap dari mulut pria berusia 34 tahun tersebut.
Novin Purwanto bukan montir biasa-biasa saja. Lulusan SMK Migas ini memiliki visi dan misi sebagai pemilik bengkel di Cepu. Dengan membuka bengkelnya, dia memiliki keinginan untuk mengembangkan usahanya dan sekaligus mendorong anak-anak muda lainnya untuk giat berwirausaha. Novin ingin anak-anak muda di kotanya menjadi pribadi yang mandiri secara ekonomi.
Perbengkelan adalah salah satu usaha yang memiliki prospek bagus menurutnya. Lokasi Cepu sendiri terletak di Kabupaten Blora, dan merupakan perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ia jadi jalur panas lewatnya kendaraan-kendaraan bermotor yang menghubungkan kota-kota besar, seperti Surabaya, Purwodadi, dan Semarang.
Baca Juga : Kampung Sayur Hingga Aloe Vera, Uniknya Cara Warga Doudo Manfaatkan Pekarangan Rumah
Polusi suara dari jalanan menjadi bukti yang tidak bisa dimungkiri. Kami sering harus berdiam sejenak sebelum melanjutkan obrolan santai lantaran kendaraan-kendaraan, seperti motor, mobil, dan truk tidak henti-henti melaju kencang di Jalan Blora, pula bersuara bising khas mesin bermotor yang kurang terawat.
Februari silam, Cepu dicanangkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah dalam rencana tata ruang wilayah nasional. Imbasnya, kota yang terkenal dengan industri minyak dan gas ini, mendapatkan sejumlah pembangunan infrastruktur berskala nasional, seperti Lapangan Terbang Ngloram dan Jalan Nasional Rembang-Cepu.
Sebelum itu, kota ini sudah ramai dengan kegiatan industri minyak dan gas. Cepu, bersama Bojonegoro dan Tuban adalah bagian dari kawasan pertambangan migas Blok Cepu sejak September 2005.
Sayangnya, dari sisi transportasi keramaian ini tidak diantisipasi dengan angkutan dalam kota yang memadai dan menjadi penghubung titik-titik pemukiman. Tren memiliki kendaraan pribadi, utamanya motor, tidak bisa dihindari. Hal ini menjadikan usaha perbengkelan muncul sebagai salah satu potensi wirausaha yang patut dipertimbangkan di Cepu.
Novin melihat potensi ini. Ia berkecimpung dalam dunia otomotif sejak tahun 2005, dan bergabung di dealer motor sejak 2009. Empat tahun kemudian dia memutuskan untuk membuka usaha bengkelnya sendiri, Ipung, diambil dari nama adiknya.
Dua tahun ia menjalani dunia perbengkelan sebagai seorang pelaku bisnis, tidak lantas mengantarnya menuju kesuksesan.
Matanya meredup kala bernostalgia membayangkan masa-masa kelamnya saat itu. Bengkelnya sepi, sedangkan kebutuhan sehari-hari tidak berhenti. Ia bahkan sudah siap berganti mata pencaharian lain, walaupun akhirnya para pelanggan setianya menariknya kembali ke dunia yang sesungguhnya memang ia gemari. Semangat barunya terejawantahkan dengan mengganti nama bengkel menjadi Cahaya Baru Motor.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gregorius Bhisma Adinaya |
KOMENTAR