Nationalgeographic.co.id – Sebuah studi yang dipublikasikan pada jurnal Science mengungkapkan bahwa budaya kompleks dan perilaku sosial simpanse semakin hilang karena manusia merusak habitat liar mereka.
Dari jenis alat yang digunakan hingga strategi komunikasi, perilaku simpanse bervariasi secara dramatis di berbagai kelompok. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa simpanse biasanya memperoleh informasi dari anggota lain di kelompok mereka. Dan bagaimana mereka bertindak juga sangat bergantung pada lingkungan sekitarnya–persis seperti yang terjadi pada manusia.
Baca Juga : Hanya Tersisa 22 di Dunia, Hewan Ini Terancam Punah dalam Hitungan Bulan
Namun, seiring meningkatnya populasi manusia, penebangan dan perburuan liar, serta berkembangnya penyakit, itu semakin menekan kelompok simpanse di alam liar–mengubah bahkan menghilangkan perilaku unik mereka.
“Simpanse merupakan makhluk yang sangat cerdas dan mudah beradaptasi,” kata Kevin Lee, peneliti dari Arizona State University.
“Beberapa laporan tentang simpanse di penangkaran maupun di alam liar, mereka yang memiliki kontak lebih sering dengan manusia, menunjukkan beberapa perilaku yang tidak ditemukan pada populasi yang lebih terpencil,” paparnya.
Simpanse yang berada di wilayah dengan dampak manusia tinggi, menunjukkan bahwa hilangnya 88% perilaku mereka lebih banyak, dibanding yang jarang kontak dengan manusia.
Ini merupakan contoh dari apa yang disebut para ilmuwan dengan era Antroposen, yakni ketika manusia memengaruhi proses biologis Bumi. Sebagai akibatnya, satwa liar yang tadinya berkembang di sana menjadi terancam.
Secara khusus, ada empat subspesies simpanse yang ‘sangat terancam’ oleh deforestasi dan perburuan liar yang menyebabkan penurunan populasi utama, kepunahan regional dan keragaman genetika.
Selama satu dekade, para peneliti menemukan 31 perilaku berbeda pada 144 kelompok simpanse di 46 lokasi di 15 negara. Termasuk pada perilaku mengonsumsi rayap, semut, ganggang, kacang-kacangan, dan madu; penggunaan alat untuk berburu atau menggali umbi; serta pemakaian batu, kolam, dan gua. Para peneliti kemudian membandingkan perilaku tersebut dengan indikator dampak manusia seperti kepadatan penduduk, pembangunan jalan, kondisi sungai, serta wilayah tutupan hutan.
“Hasil analisis mengungkapkan pola yang kuat: keanekaragaman perilaku simpanse berkurang sebesar 88% ketika terdampak populasi manusia,” papar Kevin Langergraber, pemimpin penelitian.
Sangat mungkin bahwa simpanse yang cerdas mengubah perilakunya untuk menghindari perhatian pemburu.
Baca Juga : 110 Hiu Mati Mendadak di Penangkaran Karimunjawa, Pemilik Laporkan ke Kepolisian
Menurut para peneliti, pembelajaran sosial simpanse terganggu ketika manusia menghabiskan sumber dayanya. Lebih lanjut, itu juga mengurangi kesempatan belajar dan membatasi 'budaya' simpanse sehingga tidak menurun ke antargenerasi.
Meski begitu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa simpanse yang hidup pada lanskap yang didominasi manusia dapat memacu penemuan baru untuk mengimbangi dan memodifikasi lingkungan mereka. Signifikansi budaya dari spesies yang terkena dampak harus dipertimbangkan dan diintegrasikan ke dalam praktik konservasi satwa liar.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR