Sensus 2013 mencatat keberadaan sekitar 46.000 Muslim. Sekitar 75% tinggal di Auckland dan 25% lahir di Selandia Baru. Gambaran statistik terakhir itu mirip seperti pada 1986 (26% lahir di Selandia Baru). Kini, sekitar setengah populasi muslim adalah perempuan, yang menunjukkan peningkatan stabil dari awal abad ke-20, ketika hampir tidak dapat ditemukan perempuan Muslim di Selandia Baru.
Dari keseluruhan sensus 2013, 21% berasal dari Kepulauan Pasifik dan 26,9% dari Asia, dengan hanya 23,3% berasal dari Timur Tengah dan Afrika.
Serangan teror Christchurch mengingatkan kita akan posisi penting kota tersebut pada awal masuknya Islam di Selandia Baru. Interaksi antara kelompok-kelompok kepercayaan di Selandia Baru juga melibatkan kelompok muslim. Surat kabar harian The Star edisi 1 Mei 1902 menulis obituari untuk Wuzeera (menggunakan nama Bezire). Disebutkan bagaimana mereka membantu dalam pembangunan Katedral Christchurch dengan mengangkut batu-batu dari pertambangan Port Hills. Seperti yang juga disebutkan Drury, hal ini dapat dianggap sebagai kontribusi Muslim paling pertama dalam sejarah Kristen di Selandia Baru.
Obituari ini dapat dilihat sebagai apresiasi publik atas kontribusi Wuzeera atau Wuzerah dalam pembangunan simbol Kristen. Beberapa surat kabar lokal di Christchurch, Auckland, Otago, dan Wanganui menerbitkan kembali obituari tersebut.
Sepanjang perkembangan Selandia Baru, kelompok muslim dipandang sebagai minoritas moderat dan damai. Organisasi kelompok muslim, terutama FIANZ, tidak jarang merespon isu panas yang berkaitan dengan isu Islam, termasuk yang berkaitan dengan buku Satanic Verse karya Salman Rushdie dan kontroversi kartun Denmark. Namun, pemimpin dan organisasi muslim Selandia Baru selama ini selalu mengecam ekstremisme dalam bentuk apa pun.
Patut diingat bahwa menjaga lingkungan damai dalam masyarakat muslim itu sendiri tidak selalu mudah. Muslim moderat dari Asia memang cukup besar jumlahnya, tapi masyarakat muslim di Selandia Baru datang dari beberapa negara dengan komunitas etnis yang beragam.
Walau persaingan antara pemahaman moderat dan konservatif agama tersebut tidak dapat dibantah, kebanyakan mayoritas pemimpin masyarakat muslim di Selandia Baru berpandangan moderat. Maka dari itu, pada 2016, dewan ulama nasional FIANZ mengambil langkah tegas ketika seorang imam di Auckland memberikan komentar antisemit dalam satu ceramah.
Mengingat damainya kehidupan kelompok muslim di Selandia Baru, tidak mengejutkan jika keluarga korban tetap murah hati dan pemimpin kelompok muslim bereaksi tanpa amarah terhadap tragedi tersebut. Hal ini tidak hanya berhubungan langsung dengan dasar-dasar dari ajaran Islam tapi juga budaya Selandia Baru, yang dibangun dengan suasana penuh kasih.
Menghadapi tragedi ini, banyak masyarakat muslim kagum dengan banyaknya simpati dan dukungan dari penduduk Selandia Baru secara umum. Ini termasuk bantuan finansial, penghormatan, dua menit mengheningkan cipta nasional, serta penyiaran azan lewat media nasional dan solidaritas perempuan berkerudung.
Baca Juga : Maria Loretha, Sorgum, dan Kisah Pengorbanan Nyawa Tonu Wujo
Melihat besarnya dukungan dari sesama warga di Selandia Baru, komunitas muslim menyampaikan rasa terima kasihnya terhadap Selandia Baru, seperti yang disebutkan juga oleh imam dalam salat Jumat pertama setelah tragedi penembakan massal tersebut.
Kami berduka tapi kami tidak hancur.
Sebagai akademisi dalam studi Islam, kami terus dikontak oleh media lokal dan internasional untuk memberikan opini dan refleksi sebagai bagian dari warga Selandia Baru. Kami, yang berasal dari Indonesia dan telah menetap di negara ini, melihat dan merasakan bagaimana menjadi muslim di Selandia Baru. Warga Selandia Baru tidak perlu diajarkan bagaimana menunjukkan kasih sayangnya kepada warga muslim, karena kami telah hidup dengan nilai-nilai ini bertahun-tahun.
Artikel ini diterjemahkan dari bahasa Inggris oleh Reza Pahlevi.
Penulis: Eva Nisa, Lecturer in Religious Studies, Victoria University of Wellington dan Faried F. Saenong, JD Stout Research Centre for New Zealand Studies (VUW), Victoria University of Wellington
Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.
'Telan' Pemotor di Seoul, Ini Pengertian, Penyebab, Jenis, dan Lokasi Rawan Sinkhole
Source | : | The Conversation Indonesia |
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR