Kapten Cook berkesempatan menyusuri kota itu. “Batavia adalah tempat di mana orang Eropa tidak ingin untuk mengunjunginya. Tetapi, jikalau terpaksa ke kota ini, mereka akan melakukannya sesingkat mungkin,” tulis Kapten Cook di laporannya, “kalau tidak mereka akan segera merasakan efek dari udara tak sehat di Batavia.”
Lalu dia melanjutkan tulisannya, “Saya yakin, di sini banyak dijumpai kematian orang Eropa ketimbang tempat lain di manapun seantero bola dunia.”
“Kami datang ke sini dengan kondisi sesehat kapal yang siap melaut,” ungkapnya dalam jurnal itu. “Setelah tinggal tidak kurang dari tiga bulan di bengkel kapal [Pulau Onrust], kami kehilangan tujuh orang.”
Baca juga: Hagia Sophia, Wajah Harmoni Peradaban Umat Manusia dalam Budaya Turki
Namun, seorang Kapten Belanda berujar kepadanya bahwa dia dan awak kapalnya sangat beruntung, lantaran tidak kehilangan separuhnya. Endeavour memang tiba saat musim hujan, kondisi tahunan ketika malaria menjangkit hebat di Batavia.
Kapten Cook heran atas kenyataan bahwa hanya satu pelaut awaknya yang tidak sakit selama di Batavia. Dia pelaut tua, usianya lebih dari 70 tahun dan gemar minum alkohol. Bisa jadi alkohol menjadi penyelamatnya.
Namun, Kapten Cook tak hanya berkeluh kesah tentang kota ini. Tampaknya dia juga keluyuran hingga ke luar tembok kota menyusuri Molenvliet—kini Jalan Hayam Wuruk dan Gajah Mada. Dia bersaksi atas sebuah bangunan “observatorium sangat elegan milik Tuan Mohr, dilengkapi dengan berbagai peralatan seperti kebanyakan wahana astronomi di Eropa," demikian tulisnya.
Sejak Endeavour berjejak di Batavia hingga minggu-minggu terakhir pelayarannya menuju Eropa, sebanyak 30 dari 94 pelautnya tewas—di Batavia atau dalam perjalanan—karena desentri dan malaria.
James Cook tak pernah berkunjung ke Batavia lagi, bukan lantaran kenangan buruk atas kota itu, melainkan dia tewas saat perseteruan dengan pribumi Hawaii, pada 1779. Tragisnya, jasad Cook dipanggang untuk memudahkan suku setempat mengupas dagingnya, dan kerangkanya diawetkan sebagai ikon religius.
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR