Saya menyapukan pandangan ke seluruh bentuk fisik bangunan yang ada di hadapan mata. Sebelum melangkahkan kaki ke bagian dalam Hagia Sophia, saya ingin menikmati kemegahan rupa depan dari bangunan bersejarah dalam peradaban umat manusia itu.
Saat memanjakan mata dengan eksterior Hagia Sophia, saya menurunkan telepon genggam saya yang telah menjalankan fungsinya untuk merekam segala obyek di depan mata. Fitur kameranya sengaja dibiarkan menyala. Sebab, saya tak ingin ketinggalan momen.
Begitu kaki melangkah ke bagian dalam Hagia Sophia, saya tambah berdecak kagum. Bangunan ini kaya dengan ornamen-ornamen interior Katedral Ortodoks era 537 M. Buat para pejalan destinasi kerap menorehkan memori khusus dalam benak. Bagi saya Hagia Sophia telah menggoreskan kesan yang teramat mendalam.
Baca Juga : Kisah Jelajahi Emas Putih yang Tersembunyi di Pucuk Ketinggian Turki
Pada masa Konstantinopel (sekitar tahun 1200-an) bagunan ini sempat berubah menjadi Katedral Katollik Roma. Lalu, berubah peran menjadi masjid pada kekuasaan Kesultanan Utsmani. Sejak 1935 hingga kini, Pemerintah Turki menjadikan Hagia Sophia sebagai museum.
Kubah megahnya menjadi tonggak sejarah arsitektur dunia, bangunan ini terus menunjukkan keanggunan dan kesuciannya pada masa yang telah ia lewati. Di dalam satu kubah inilah kita dapat merasakan dan mempelajari dua kebudayaan yang melekat pada bangsa Turki hari ini, budaya yang di turun temurunkan sejak era Ottoman dan juga Byzantium. Ornamen gereja pada satu sisinya, dan ornamen lain yang berbentuk kaligrafi kental bernapaskan Islam.
Beberapa retakan dinding terlihat di berbagai sudut, menambah kental bagaimana bangunan ini terus bertahan menerima serbuan manusia yang ingin menikmatinya selama ribuan tahun. Dalam rangka tantangan Never Affraid to Explore Samsung Galaxy S10 kami menguji ketangguhan gawai ini. Warna-warni keramik, ornament dinding, temaram lorong yang membawa kami mengelilingi bangunan ini menjadi laboratorium uji kami untuk Galaxy s10.
Baca Juga : Arkeologi Bawah Air: Gereja Kuno Ditemukan Terendam di Danau Turki
Warna-warna hiasan dinding dengan suasana temaram mampu ditangkap oleh gawai ini dengan sempurna, volume gambar tetap jelas terlihat antara latar muka dan belakang, tetap menunjukkan kedalaman ruang yang tertangkap lensa kamera utamanya yang dibekali 2 bukaan lensa, yaitu f/1.5 dan f/2.4.
Kepintaran gawai ini terlihat bagaimana gambar halus terekam, gawai ini mengatur sendiri pengaturan mode atau teknis pengambilan gambar walau dalam kondisi ruang yang minim cahaya. Fitur kamera yang memiliki kemampuan ultra wide membuat Samsung Galaxy S10 menjadi teman yang sempurna menikmati keindahan arsitektur Hagia Sophia.
Baca Juga : Samsung 'Tantang' Pengguna Hasilkan Foto Jelek dengan Galaxy Note9
Menangkap kemegahan langit-langit yang bertahtakan kubah raksasa, mengambil gambar dengan menggunakan jendela besar sebagai frame sehingga bisa menampilkan lanskap luar Hagia Sophia dari sudut pandang dalam bangunan ini. Menggunakan pencahayaan alami dari lubang-lubang udara membuat efek magis muncul dari imaji-imaji yang terekam.
Samsung Galaxy S10 Plus dengan kemampuan video dengan standar HDR10+ membuat saya tak ragu mengandalkan gawai ini merekam langkah-langkah kaki saya memasuki dan menelusuri lorong-lorong gelapHagia Sophia.
Satu lagi fitur yang juga tampilmengagumkandalamgawaiiniadalahtentang smart composition, fitur yang membantu para penggunanya untuk bisa menentukan komposisi terbaik untuk hasil yang maksimal. Cobalah bermain-main dengan fitur ini, karena menarik bisa membandingkan rasa visual kita dengan bagaimana mesin pintar ini berpikir alternatifnya terkait komposisi. Destinasi seperti Hagia Sophia sangatlah menarik untuk mencoba berbagai komposisi, bermain dengan ruang atau juga bereksplorasi dengan cahaya.
Pada akhir kunjungan, berjalan melangkah ke area umum di pelataran Hagia Sophia lagi-lagi fitur ultra wide Samsung Galaxy S10 dengan kemampuan menangkap kawasan selebar 123 derajat ini mampu merekam keramaian turis yang beranjak pergi meninggalkan kawasan ini.
Hagia Sophia nampak tak pernah lelah menemani generasi ke generasi. Mudah-mudahan contoh harmoni dari produk peradaban manusia ini tetap tak lekang digerus zaman. Hagia Sophia telah menjadi lambing kemanusiaan yang seharusnya terus menjadi monument dan mengajarkan manusia tentang kebersamaan.
Penulis | : | Didi Kaspi Kasim |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR