Peningkatan radiasi tentu akan memengaruhi laju mutasi pada DNA manusia Mars. Beberapa mutasi mungkin mengarahkan kepada adaptasi baru, tapi mayoritasnya juga bisa saja terkena kanker dan leukemia.
Adaptasi yang bisa terjadi untuk memerangi radiasi adalah dengan mengembangkan warna kulit baru. Manusia menggunakan melanin, yang memberikan pigmen gelap pada rambut dan kulit, untuk melawan sinar ultraviolet Matahari. Sementara itu, spesies lain menggunakan karoten. Manusia di Mars mungkin memiliki senyawa yang sama sekali berbeda dari keduanya.
Selain itu, cara nyata untuk mengurangi radiasi adalah dengan membangun pangkalan bawah tanah di mana permukaan planet dapat bertindak sebagai perisai. Namun, hal ini pun dapat mengarahkan ke adaptasi lainnya lagi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tinggal di dalam ruangan berkontribusi pada masalah rabun dekat. Hidup di bawah tanah untuk menghindari radiasi berarti meningkatkan risiko rabun bagi manusia Mars.
Baca Juga: Studi Terbaru Ungkap Kondisi Bulan yang Menyusut dan 'Gemetar'
Evolusi mereka mungkin juga dibentuk oleh sesuatu yang kita tidak ingin bawa dari Bumi: mikrob. Meskipun tidak ada pesawat ruang angkasa yang steril (ISS pun penuh dengan mikroorganisme), tapi dengan membawa mikrob ke Mars dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Jika hal tersebut terjadi, maka kontak antara penduduk Bumi dan Mars harus dikontrol dengan ketat. Orang-orang dari Bumi bisa saja menyebarkan infeksi berbahaya yang menimbulkan kematian bagi manusia Mars.
Hingga kini, belum ada satu pun misi mengirim manusia ke Mars yang berhasil dilakukan. Peneliti bahkan masih dalam proses memetakan masa depan di luar Bumi.
Oleh sebab itu, kita memiliki banyak waktu untuk menunggu dan melihat apakah teori-teori adaptasai yang dipaparkan Solomon tadi benar atau tidak.
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR