Nationalgeographic.co.id - Iran menembak jatuh sebuah pesawat nirawak Amerika Serikat dalam sebuah insiden yang menurut para pejabat Iran terjadi di wilayah negara itu, namun menurut para pejabat Amerika berlangsung di wilayah udara internasional.
Menurut versi Iran, pesawat nirawak RQ-4 Global Hawk ditembak jatuh oleh pasukan paramiliter Garda Revolusi di atas provinsi Hormozgan, Iran Selatan, dekat Selat Hormuz.
Seorang pejabat AS mengindentifikasi pesawat nirawak itu sebagai MQ-4C Triton, dan ditembak jatuh saat terbang di atas Selat Hormuz.
Baca Juga: Amerika Rilis Bukti Foto Serangan Iran Pada Kapal Tanker. Apakah Bakal Ada Perang Baru?
Juru bicara Komando Sentral AS, kapten Angkatan Laut Bill Urban mengatakan kepada VOA, saat itu tidak ada pesawat AS yang terbang di wilayah udara Iran. Namun ia menolak mengomentari lebih jauh insiden itu.
Pesawat drone itu, yang bernilai lebih dari 222-juta dolar, bisa memantau kawasan seluas 100.000 km persegi setiap harinya. Kawasan itu sama luasnya dengan Islandia atau Korea selatan.
Amerika mengatakan telah mengirim kapal-kapal angkatan laut ke selat Hormuz untuk mengambil puing-puing drone yang tersebar di laut. Keprihatinan tentang munculnya konfrontasi antara Amerika dan Iran meningkat, sejak para pejabat Amerika minggu lalu menuduh Iran bertanggung-jawab atas serangan ranjau atas dua kapal tanki yang sedang berlayar di Selat Hormuz.
Baca Juga: Bagaimana Berita Palsu Bisa Memengaruhi dan Mendistorsi Pikiran Kita?
Ketegangan antara Amerika dan Iran bergerak semakin dekat ke arah konflik bersenjata, Kamis (20/6), setelah pesawat pengintai nirawak Amerika (drone) Global Hawk jatuh di atas Selat Hormuz. Presiden AS Donald Trump menyebut perkembangan itu sebagai "kesalahan yang sangat buruk."
Ketika bertemu Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau di Gedung Putih, Trump mengatakan, drone itu berada di perairan internasional, dan bahwa Amerika memiliki semua dokumentasi. Ketika ditanya wartawan tentang kemungkinan respon Amerika atas insiden itu, Trump menjawab, "Anda akan mengetahuinya."
Penulis | : | foto; hamid Foroutan/ISNA via AP, Arsip via VOA Indonesia |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR