Menurut Iran, jalur penerbangan drone itu bukan hanya melanggar hukum, tetapi "terang-terangan melanggar hukum internasional."
Pesawat nirawak Amerika itu "melakukan penerbangan melintasi Selat Hormuz menuju pelabuhan Chabahar dalam mode siluman penuh karena telah mematikan peralatan identifikasi dan jelas terlibat operasi mata-mata," tulis Duta Besar Iran untuk PBB Majid Ravanchi dalam surat kepada PBB.
Baca Juga: Fakta Muslim di Amerika, Leluhur Datang Bersama Columbus hingga Inspirasi Desain Patung Liberty
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif juga membela tindakan Iran. Di Twitter, ia mengunggah versi Iran tentang koordinat penerbangan drone tersebut.
Komando Pusat Angkatan Udara Amerika, yang mengawasi aktivitas militer Amerika di wilayah itu, menyebut klaim Iran itu "sangat salah."
Pejabat Amerika menambahkan bahwa laporan-laporan intelijen dalam satu setengah bulan terakhir menunjukkan adanya ancaman di Timur Tengah “yang terkait dengan rezim Iran.”
Militer AS mengatakan, Iran berusaha menembak jatuh sebuah pesawat nirawak AS pekan lalu, dan ketegangan antara kedua negara meningkat setelah terjadinya insiden serangan terhadap dua kapal tangki minyak di Teluk Oman. AS menuding Iran melakukannya, sementara Iran membantahnya.
Baca Juga: Masyarakat Kuno Amerika Gunakan Lima Jenis Narkoba untuk Ritual Penyembuhan
Hubungan antara Iran dan AS memburuk sejak Presiden AS Donald, tahun lalu, mundur dari kesepakatan internasional yang membatasi program nuklir Iran dengan imbalan pelonggaran sanksi-sanksi.
Sanks-sanksi baru yang diberlakukan AS menekan perekonomian Iran. Iran mengancam dengan mengumumkan peningkatan produksi uranium yang diperkaya sementara mencari bantuan dari negara-negara Eropa untuk mengatasi tekanan AS.
Penulis | : | foto; hamid Foroutan/ISNA via AP, Arsip via VOA Indonesia |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR