Nationalgeographic.co.id - Tersembunyi di hutan Afrika Barat dan Tengah, hidup spesies gajah yang sulit dipahami.
Rentan punah, gajah hutan Afrika ini hanya tersisa seperempat dari populasi awalnya. Sekitar 60% dari mereka, musnah akibat perburuan liar.
Tidak hanya mengganggu ekosistem lokal, penelitian terbaru menunjukkan bahwa kehilangan spesies tersebut mampu meningkatkan kadar karbon dioksida di atmosfer yang berkontribusi terhadap pemanasan global.
Baca Juga: Banjir Menyerang Taman Nasional India, Lebih Dari 200 Satwa Liar Mati
Diketahui bahwa negara-negara di seluruh dunia sedang mengalami cuaca ekstrem dan gelombang panas. Untuk menangani perubahan iklim, kita perlu membatasi seberapa banyak gas rumah kaca yang dipompa ke atmosfer.
Tanpa penyerap karbon alami seperti hutan, tanah dan laut, kita akan menghadapi masalah besar. Oleh sebab itu, peran gajah hutan sangat diperlukan.
Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan pada Nature Geoscience melaporkan bahwa mamalia besar ini mendorong pertumbuhan pohon kayu yang berfungsi menghilangkan dan menyimpan karbon dari sekelilingnya.
"Saat meneliti jumlah gajah dan komposisi hutan, kami menemukan fakta bahwa jumlah pohon dengan kepadatan tinggi lebih banyak ditemukan pada hutan yang memiliki banyak gajah," kata Stephen Blake, asisten profesor biologi di Saint Louis University.
Blake dan timnya merumuskan model matemaris untuk menemukan dampak dari hilangnya gajah hutan. Hasilnya menunjukkan bahwa melestarikan gajah setara dengan biaya penyimpanan karbon sebesar 43 miliar dollar AS.
"Hasil simulasi menunjukkan bahwa spesies tanaman ini bertahan hidup dengan lebih baik jika ada gajah di sana," kata Blake.
Kayu (lignin) memiliki tulang punggung karbon. Artinya, ia memiliki sejumlah besar molekul karbon di dalamnya. Spesies yang tumbuh lambat dengan kepadatan kayu tinggi, mengandung lebih banyak molekul karbon per satuan volume daripada tanaman yang tumbuh cepat dan kepadatan kayunya rendah.
Saat gajah 'menipiskan' hutan dengan memakan tanaman yang tumbuh cepat, mereka meningkatkan jumlah pohon yang tumbuh lambat sehingga hutan mampu menyimpan lebih banyak karbon.
Sama seperti masalah yang kerap dihadapi spesies gajah lain, gajah hutan juga kerap menjadi sasaran perburuan liar demi gadingnya. Sekitar 62% gajah hutan ditangkap untuk diambil gadingnya antara tahun 2002 dan 2012. Gadingnya yang padat dan berwarna merah jambu menarik perhatian para pemburu.
Baca Juga: Semakin Parah, Gelombang Panas di Eropa Tahun Ini Pecahkan Rekor
Sementara para pelestari lingkungan dan tim anti perburuan liar bekerja tanpa lelah untuk melindungi gajah hutan, ancaman dari penebangan liar juga mengancam keberlangsungan hidup mereka di habitatnya.
"Ini menyedihkan karena manusia sendiri yang membuat gajah hutan terancam punah dari Bumi," ungkap Blake.
"Jumlah gajah hutan menurun dengan cepat dan kondisinya sangat rentan. Dari perspektif iklim, jika mereka musnah, maka semua efek positif terkait karbon dan peran ekologis lainnya bisa hilang,"
Source | : | IFL Science |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR