Nationalgeographic.co.id - Tahukah Anda? Kandung kemih orang dewasa dapat menampung setengah liter (dua gelas) urine sebelum Anda merasa ingin ‘mengeluarkannya’.
Tubuh Anda akan mengetahui berapa banyak urine yang sudah ada di kandung kemih karena itu dipenuhi dengan reseptor mungil yang akan mengirim pesan ke otak apabila jumlahnya sudah mencapai kapasitas.
Untungnya, sebagian besar orang bisa mengontrol fungsi kandung kemihnya. Jadi, ketika menerima pesan dari reseptor, Anda bisa memilih apakah ingin langsung mengeluarkannya atau menahan kencing terlebih dahulu.
Namun, apa yang akan terjadi pada tubuh jika Anda tidak langsung membuang air kecil?
Baca Juga: Mengapa Kita Ingin Mengonsumsi Makanan Manis Saat Sedang Stres?
Dalam sebuah episode SciShow, Michael Aranda, menjelaskan bahwa ketika kita memutuskan untuk menahan kencing, sfingster silindris–kumpulan serabut otot yang bekerja untuk menutup atau membuka jalur alamiah di kandung kemih-- akan tertutup erat agar urine tidak bocor melalui uretra.
Otot kecil ini melakukan kerjanya dengan baik. Namun, jika Anda membuatnya melakukan hal tersebut dengan sering dalam jangka waktu yang lama, Anda mengorbankan diri untuk masalah kesehatan yang serius. Yakni, risiko infeksi yang tinggi.
Terus-menerus menahan kencing bisa melemahkan otot kandung kemih. Itu akan menyebabkan retensi urine–sebuah kondisi yang membuat Anda sulit mengosongkan kandung kemih saat buang air kecil. Sering kali Anda merasa terdesak ingin buang air kecil, tetapi urine tidak bisa keluar.
Menahan kencing dalam jumlah besar juga bisa mengekspos tubuh Anda terhadap bakteri berbahaya yang bisa meningkatkan risiko terkena infeksi saluran kemih.
Tampaknya memang tidak terlalu buruk, kecuali jika Anda mengetahui kisah Tycho Brahe, astronom Denmark dan alkemis di abad ke-16.
Brahe merupakan ilmuwan fantastis. Ia berkontribusi pada berbagai karya ilmiah seperti supernova, komet, dan orbit planet. Meskipun begitu, Brahe mati dengan konyol.
Baca Juga: Halusinasi Hingga Kerusakan Saraf, Dampak Narkoba Pada Otak Kita
Ia menahan kencingnya dalam waktu yang cukup lama karena sedang berada dalam perjamuan. Brahe percaya, jika ia meninggalkan tempatnya, itu merupakan pelanggaran etika. Sesampainya di rumah, Brahe ingin segera buang air kecil, namun urinenya sama sekali tidak bisa keluar.
Brahe mengalami demam dan mengigau, lalu meninggal dengan cepat saat kandung kemihnya meledak.
Kabar baiknya, kasus Brahe itu adalah sesuatu yang langka. Biasanya, seseorang akan mengompol terlebih dahulu sebelum ledakan terjadi. Namun, jika mengabaikan gejalanya, bukan tidak mungkin Anda bernasib sama seperti Brahe, yakni mati akibat menahan kencing dalam waktu lama.
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Gita Laras Widyaningrum |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR