Nationalgeographic.co.id - Petugas Pertamina dibantu sejumlah warga dan nelayan masih terus berbondong-bondong membersihkan tumpahan limbah minyak yang tak kunjung habis.
Bersih-bersih ini sudah dilakukan sejak pertama kali insiden ini pecah 25 Juli 2019 silam.
Melansir dari Kompas.com, Wahyu (46), nelayan asal Desa Cemarajaya, Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang menyebut, hasil tangkapannya turun hingga 50 persen akibat insiden ini.
Kemudian, 1.373 jaring nelayan Karawang ikut terkena tumpahan minyak Pertamina.
Setya Saptana, Kepala Seksi (Kasi) Kelembagaan Nelayan Dinas Perikanan Kabupaten Karawang menceritakan jaring yang terpapar tumpahan minyak rata-rata milik nelayan dengan kapal di bawah 8 Gross Ton (GT).
Baca Juga: Biota Laut Terancam Tumpahan Limbahan Minyak di Kepulauan Seribu
"Jaring yang sudah kena tumpahan minyak susah dibersihkan," kata Setya, Senin (5/8/2019) dikutip dari Kompas.com.
Tidak hanya itu, tanaman mangrove juga ikut terdampak. Meskipun belum dihitung berapa titik yang terdampak.
Setya menyebut, sejulah petani garam juga ikut terdampak. Bahkan petani garam di Ciparagejaya, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Karawang, sudah seminggu silam tidak berproduksi.
Aep Suhardi, ketua Koperasi Garam Segarajaya menceritakan para petani garam mendapati tumpahan limbah minyak pertamina masuk ke dalam tambak mereka. Sehingga para petani fokus membersihkan tumpahannya terlebih dulu.
Baca Juga: Ke Mana Perginya Sampah Plastik dari Negara-negara Maju dan Industri?
Ditambah lagi, tumpahan minyak ini sudah mencemari 5 pulau di Kepulauan Seribu. Walhi mengungkap, jelas tumpahan minyak ini berdampak pada populasi dan kematian ikan hingga mengganggu cara ikan mencari makan.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Mahmud Zulfikar |
Editor | : | Bayu Dwi Mardana Kusuma |
KOMENTAR