Nationalgeographic.co.id - Di antara hiruk pikuk kota-kota besar di Indonesia yang kita ketahui, ada pula wilayah di Indonesia bagian Tengah, yang di sana baru merasakan akses internet cepat. Wilayah tersebut antara lain kabupaten Kepulauan Sangihe yang bearada di pinggiran Indonesia berdekatan dengan negara Filipina. Kepulauan Sangihe terdiri dari sebanyak 105 pulau, tapi 26 pulau saja yang berpenghuni. Sejumlah 79 pulau lainnya masih tidak berpenghuni.
Pada Desember 2018, BAKTI telah menuntaskan pembanguanan Palapa Ring Tengah untuk kemajuan akses internet di Kepulauan Sangihe. Palapa Ring Tengah merupakan bangunan tol informasi dalam bentuk serat optik yang menghubungkan Sangihe ke seluruh wilayah di Indonesia.
Baca Juga: Jaringan Internet oleh BAKTI untuk Pelajar
Pembangunan PRT bertujuan untuk menghubungkan seluruh wilayah Indonesia dalam jaringan telekomunikasi. Selain itu, Palapa Ring Tengah juga bertujuan untuk mengikis kesenjangan layanan telekomunikasi antara wilayah Pulau Jawa dengan wilayah lain di Indonesia.
Sangihe memiliki 15 kecamatan dengan 17 puskesmas. Terdapat dua puskesmas yang memakai sistem rujukan daring, yaitu Puskesmas Tahuna Timur di Kelurahan Tona I, dan Puskesmas Manganitu di Desa Mala. Keduanya belum masih memakai Wifi milik operator swasta.
Selain rujukan daring, semua puskesmas juga sudah memakai aplikasi Primary Care (PCare) garapan BPJS. Namun, kendala yang dialami di setiap puskesmas adalah sulitnya mendapatkan jaringan internet. Walaupun sudah terdapat jaringan seluler dan wifi di Puskesmas Marore, jaringan tersebut hanya bisa digunakan untuk telepon dan aplikasi pesan. Untuk rujukan daring, mereka masih memakai rujukan luring atau manual.
Kepala BPJS Kabupaten Kepualaun Sangihe, Reegen Polii, saat dikonfirmasi via telepon, mengatakan bahwa kendalanya terdapat pada jaringan internet yang sulit diakses. "Kendalanya yaitu pada jaringan internet; kecepatan dan kemampuan jaringan di tiap puskesmas itu lambat. Bahkan ada yang tidak bisa diakses."
Padahal, menurutnya, aplikasi milik BPJS itu sejatinya mudah dioperasikan. "Sebenarnya aplikasi itu ringan dan bisa diakses cukup menggunakan android. Saat ini yang memakai aplikasi PCare dan rujukan daring yaitu Puskesmas Tona dan Puskesmas Manganitu," tambahnya.
Nelda Riska Mansauda (27), seorang petugas rujukan daring sekaligus operator PCare bercerita tentang internet di Sangihe. Nelda bertugas menginput data pasien dan dia kerap terkendala dengan jaringan internet untuk membuka aplikasi PCare, maupun saat membuat rujukan daring.
Menurut Eda, dulunya jaringan di puskesmas sempat bagus setelah diperbaiki oleh petugas jaringan. Namun tidak lama, akses internet menjadi lambat kembali bahkan kadang tidak bisa mengakses. Dia pun berharap agar jaringan segera diperbaiki. Nelda berharap demikian, selain agar memudahkan pekerjaannya, dia juga ingin pasien tidak berlama-lama menunggu di puskesmas maupun di rumah sakit.
Baca Juga: Warga Sangihe dan Tol Langit
Helita Agustina (24), seorang bidan Puskesmas Enemawira yang sudah bekerja selama dua tahun di Enemawira turut menyampaikan keluhan yang sama. Saat pengimputan data klaim BPJS, jaringan internet dan wifi sangatlah lambat. "Jaringannya lalod sto Kak. Kadang torang pakai kuota data (sendiri) untuk input data klaim BPJS."
Helita berharap jaringan internet di Sangihe bisa lebih bagus lagi. Selain untuk memudahkan pekerjaanya di puskesmas, Helita juga ingin para pasien tidak masuk dalam antrean panjang lagi. Pembangunan PRT merupakan langkah Kemenkominfo untuk melakukan pemerataan akses internet hingga ke seluruh Indonesia. Keberjalanannya tentu tidak mudah dan masih perlu beberapa pengembangan.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Gita Laras Widyaningrum |
KOMENTAR